Kejadian 1:14-19

“… dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu menerangi bumi.”

(Kejadian 1:15)

Zaman sekarang, untuk mencari alamat atau kalau kita tersesat, pasti kita langsung buka GPS (Global Positioning System). Berbeda dengan kita sekarang, nenek moyang kita terutama para nelayan zaman dulu, kalau tersesat atau hendak pergi ke suatu tempat, mereka akan menatap ke langit untuk melihat arah. Di langit, mereka akan dapat menemukan cahaya bintang yang bisa menjadi penunjuk arah utara, selatan, barat, dan timur. Tidak hanya bintang, bulan juga dapat memberi petunjuk bagi para nelayan. Apabila bulan sedang naik, artinya air laut sedang pasang, dan jika bulan turun berarti air surut.

Teens, siang dan malam sudah diciptakan Tuhan di hari pertama.  Akan tetapi, di hari keempat, Tuhan menciptakan benda-benda penerang di langit untuk bercahaya pada siang dan malam hari sebagai penerang bagi bumi dan penunjuk masa atau waktu yang tetap. Matahari, bulan, dan  bintang diciptakan Tuhan supaya manusia mengenal waktu dan polanya seperti empat musim di Eropa (panas, gugur, dingin dan semi) dan dua musim di Indonesia (hujan dan kemarau). Selain itu, kita juga bisa tahu kapan waktunya untuk bangun lalu beraktivitas dan kapan waktunya untuk tidur sehingga tubuh bisa beristirahat. Tidak hanya bulan dan bintang yang berguna bagi manusia, sinar matahari juga baik untuk kesehatan karena tubuh akan mengubahnya menjadi vitamin D.

Selain tumbuh-tumbuhan, Tuhan menciptakan benda-benda di langit sebagai pendukung kebutuhan manusia. Namun, kecanggihan teknologi saat ini membuat kita lupa untuk menikmati ciptaan Tuhan. Kita lebih bergantung pada semua fasilitas yang memudahkan. Padahal, Tuhan menciptakan banyak hal yang indah di sekitar kita, di antaranya benda-benda yang menjadi cahaya di langit kita. Mari kita tinggalkan teknologi sejenak dan nikmati bulan dan bintang di malam hari, bahkan cahaya matahari pagi sambil bersyukur atas semua ciptaan Tuhan.