MENGHINA BERKAT TUHAN
“Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak.”
(Bil. 21:5)
“Dasar anak yang tidak tahu berterima kasih. Sekolah dibiayai dengan susah payah, eh, malah main games terus. Minta uang terus, saya kira untuk bayar kuliah, tapi malah untuk mabuk-mabukan bersama teman-temannya. Sungguh, saya menyesal membiayai kuliah anak saya, Pak Wepe,” demikianlah curhat yang saya terima lewat sebuah akun media sosial. Sungguh menyesakkan membaca rangkaian kalimat itu. Orangtua bekerja keras demi masa depan anak, ternyata malah disalahgunakan oleh anak yang tak tahu berterima kasih itu.
Sobat Lansia, dalam perjalanan orang Israel, ada saat di mana mereka tak dapat mensyukuri berkat Tuhan. Di tengah kesulitan yang ada, mereka menjadi marah dan kecewa. Manna yang diberikan Tuhan sebagai salah satu bentuk pemeliharaan-Nya, malah dianggap sebagai makanan hambar yang membuat mereka muak. Sungguh tak tahu berterima kasih, bukan? Kesulitan hidup akan selalu ada, namun hal itu bukanlah alasan yang tepat untuk menghina berkat Tuhan yang selama ini memelihara kehidupan, bukan? Syukurilah segala yang Tuhan berikan, bahkan di tengah segala kesulitan kehidupan yang ada. Bersyukur, dan bukan malah menghina berkat Tuhan, akan senantiasa memberikan kelegaan.
DOA :
Tuhan, ajarlah kami untuk senantiasa menghitung berkat-berkat-Mu
dan mensyukurinya setiap hari. Amin.
Pengganti ongkos cetak dan biaya pengiriman:
Rp. 70.000,-/tahun
Rp. 8.000,-/eksemplar
Pembayaran melalui:
Bank Mandiri - Jakarta, Kelapa Dua
A/C No. 165 0000 558743
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Marketing
BCA Bidakara
A/C No. 450 558 9999
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Persembahan Kasih melalui:
BCA Bidakara
A/C No. 450 305 2990
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama