Galatia 6:1-10

Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan  orang lain.

(Gal. 6:4)

Suatu kali, seorang perempuan duduk di dalam bus. Tak lama kemudian, dua orang perempuan (ibu-ibu) naik, tetapi mereka berdiri karena tidak ada bangku yang tersisa di dalam bus itu. “Aduh, zaman sekarang anak muda sudah nggak peka ya!” kata salah seorang ibu sambil melirik ke arah perempuan itu. Perempuan itu melirik ke kanan dan kiri sambil menunggu barangkali ada yang merespons, tapi tidak ada satu pun yang peduli. Akhirnya, perempuan itu mengeluarkan tongkatnya lalu berdiri dan memberikan tempat duduknya pada ibu yang menyindirnya. Ibu tersebut malu dan mempersilakan perempuan itu untuk duduk kembali.

Menilai atau menghakimi orang lain sering kita lakukan, baik secara sadar atau tidak. Orang cenderung menghakimi, bahkan mengucilkan mereka yang dianggap tidak memenuhi standar atau norma yang berlaku dalam hidup bermasyarakat sekalipun hal itu tidak tertulis. Orang yang suka menilai dan menghakimi orang lain biasanya menganggap dirinya di atas orang lain: “Saya lebih baik dari dia.” Gambaran jemaat dalam Galatia 6:1-10 juga menunjukkan bahwa kenyataannya ada saja orang yang melakukan pelanggaran dan tersesat. Ketika itu terjadi, Paulus mengingatkan kepada jemaat di Galatia supaya tidak hanya sibuk menghakimi. Tetapi, membantu dan membimbing mereka ke jalan yang benar, sambil menguji diri sendiri agar tidak jatuh pada kesombongan diri yang menjerumuskan.

Youth, jangan pernah merasa paling benar atau baik hanya karena dosa kita tidak sama dengan yang lain. Ujilah diri kita masing-masing. Tolonglah mereka yang tersesat, sambil kita menjaga diri dengan baik.

1. Mengapa Paulus meminta kita menguji diri sendiri?

2. Apa tantangan yang Anda rasakan ketika menguji diri dan menolong orang lain yang tersesat?

Pokok Doa : Dimampukan untuk menguji diri sendiri dan menjadi penolong.