Matius 21:23-32

“Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?”

(Mat. 21:31)

Anak-anak merespons permintaan atau perintah orangtuanya dengan beragam. Ada anak yang tidak melakukan apa yang dikatakan orangtuanya meskipun pada awalnya mengiyakan. Atau melakukan sebaliknya. Anak yang awalnya menjawab tidak, bahkan bermalas-malasan, tetapi karena pertimbangan tertentu akhirnya mau melakukannya. Bukankah akan menyenangkan hati orangtua jika anak taat tanpa perbantahan?

Sayangnya, kita tidak menjumpai sosok anak yang ideal dalam teks Alkitab ini. Anak pertama terkesan taat, tetapi kenyataannya tidak. Anak kedua membantah, tetapi akhirnya taat. Perilaku kedua anak tersebut tentu tidak bisa dibenarkan. Tetapi, kita melihat bahwa anak kedua menyesal dan penyesalan itu mengantarnya pada ketaatan. Ia akhirnya melakukan kehendak ayahnya. Penyesalan yang menghasilkan perubahan terjadi bukan karena didera rasa bersalah, tetapi pertama-tama didasarkan pada kasih. Kasih adalah dasar ketaatan. Kasihlah yang mendasari tindakan anak kedua menaati ayahnya.

Youth, demikianlah keadaan kita di hadapan Allah. Sesungguhnya, tidak ada seorang pun yang benar di hadapan Allah. Namun, Ia terus memanggil dan memberikan kita kesempatan untuk berproses dalam ketaatan kepada-Nya. Kesempatan untuk menyesali perbantahan kita dan memperbaiki sikap kita tidak tersedia setiap saat. Oleh karena itu, selama masih ada waktu, pergunakanlah sebaik-baiknya. Dengarkan panggilan-Nya dan taatilah Dia!

1. Mengapa pemungut cukai dan perempuan sundal dapat masuk Kerajaan Allah?

2. Apa tantangan dalam merespons panggilan Allah dan kehendak-Nya?

Pokok Doa : Dapat melakukan kehendak Allah.