RUMAH DAN KEMAH
Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya.
(2Kor. 5:9)
Awalnya, saya selalu berpikir bahwa berkemah itu menyenangkan. Ternyata, ketika mengalaminya, tidak seperti yang saya bayangkan. Ketika malam, dinding kemah tidak bisa menahan dinginnya udara. Saya harus meringkuk dan tidur berdempetan dengan teman-teman untuk menghangatkan badan. Ketika siang hari, tinggal dalam kemah menjadi keputusan yang salah. Rasanya pengap dan panas luar biasa sehingga sulit untuk dapat bernapas. Tinggal dalam kemah memang tidak nyaman. Kemah juga tidak dapat bertahan lama. Panasnya matahari, angin, dan hujan dapat membuat kemah rusak dan tidak dapat digunakan lagi. Lain halnya dengan tinggal di dalam rumah. Rumah tentu lebih nyaman dan kuat dibandingkan kemah.
Sahabat Lansia, Rasul Paulus mengatakan tubuh manusia itu seperti kemah. Rapuh, tidak tahan lama, dan bersifat hanya sementara. Itu sebabnya, selama kita ada di dalam kemah ini, kita mengalami berbagai penderitaan, sakit penyakit, dan sebagainya. Tetapi, nanti ketika Tuhan memanggil kita, kita akan berpindah dari kemah ke rumah. Namun, kita diingatkan, sekalipun tinggal di kemah yang sementara, tidak berarti kita bisa hidup sembarangan. Berusahalah untuk memiliki hidup yang berkenan bagi Allah.
DOA :
Tuhan, ajarlah kami senantiasa mengisi hari-hari kami dengan bijak dan menjalani hidup yang berkenan bagi-Mu. Amin.
Pengganti ongkos cetak dan biaya pengiriman:
Rp. 70.000,-/tahun
Rp. 8.000,-/eksemplar
Pembayaran melalui:
Bank Mandiri - Jakarta, Kelapa Dua
A/C No. 165 0000 558743
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Marketing
BCA Bidakara
A/C No. 450 558 9999
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Persembahan Kasih melalui:
BCA Bidakara
A/C No. 450 305 2990
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama