Lukas 3:15-17, 21-22

“Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa dari padaku akan datang dan membuka tali kasut-Nya
pun aku tidak layak.”

(Luk. 3:16) 

“Kamu pasti bisa! Ayo, maju terus! Kamulah yang terbaik!” Kalimat demikian sangat baik diucapkan untuk menyemangati seseorang. Namun, ada fenomena yang menunjukkan seseorang menjadi terlalu terobsesi akan sesuatu dan melupakan posisinya demi memenuhi ekspektasi orang lain. Hal ini menandakan bahwa orang tersebut larut dalam lingkungan toxic positivity. Hal ini bisa dihindari ketika orang tersebut mengenali dirinya dan tujuan hidupnya.

Yohanes Pembaptis merupakan tokoh revolusioner pada masanya. Saat itu bangsa Israel sedang ditindas oleh pemerintahan Romawi. Yohanes Pembaptis memperingkatkan seluruh bangsa Israel untuk bertobat. Mereka harus bertobat karena masalah yang mereka hadapi bukan hanya soal penindasan. Mereka sudah jauh dari Allah. Ayat 8-14 memuat berbagai tindakan yang semestinya mereka lakukan dalam pertobatannya. Karena tindakannya, banyak masyarakat mengira Yohanes adalah sang mesias yang dijanjikan Allah. Ternyata respons masyarakat tidak membuat Yohanes lupa diri. Ia menyadari posisinya dalam rancangan karya keselamatan Allah.

Youth, potensi yang kita miliki akan berguna dan menjadi berkat jika kita bisa menggunakannya secara tepat. Jalanilah panggilan hidup kita dengan kesadaran tentang posisi kita. Tidak perlu memaksakan diri apalagi jika itu dilakukan hanya untuk memenuhi ekspektasi orang lain kepada kita. Kenalilah diri kita, panggilan hidup kita, dan kehendak Allah sebaik-baiknya. Tidak perlu melakukan atau mengakui sesuatu yang tidak perlu. Jalanilah panggilan kita sebaik-baiknya dan jadilah versi terbaik dari diri kita.

1. Bagaimana cara Yohanes Pembaptis merespons harapan masyarakat terhadapnya?

2. Apa godaan paling berat ketika kita memiliki potensi yang sangat baik?

Pokok Doa : Mengenali diri dan panggilan hidup.