1 Yohanes 4:9-12

Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi.

(1 Yohanes 4:11)

Suatu hari Gladys yang masih berusia remaja dimintai tolong oleh ibunya untuk membersihkan cermin di kamar. Gladys dengan sigap merespons perintah ibunya dengan kalimat, “Siap, Mom! Tapi, habis bersihin cermin, beliin aku alat make up, ya! Aku kan mau belajar berdandan.” Perintah kedua, Gladys disuruh menggoreng telur untuk sarapan. Lagi-lagi Gladys menjawab, “Oke, Mom! Habis goreng telur, jangan lupa beliin baju buat pesta ulang tahun sohib bulan depan, ya!” Kamu lihat pola jawaban yang diberikan Gladys! Di belakang kemauan untuk melaksanakan tugas, selalu ada syarat dan permintaan yang diberikan kepada ibunya. Conditional love!

Unconditional love! Kasih tanpa syarat yang dipraktikkan oleh Allah menjadi daya dorong bagi kita untuk meneladani apa yang Allah telah lakukan. Ia dengan rela mengutus anak-Nya yang tunggal supaya kita hidup dan diselamatkan. Allah mengasihi umat manusia bukan karena kemampuan dan kehebatan yang dimiliki manusia. Ia mengasihi karena Allah adalah kasih, bahkan kasih-Nya adalah kasih yang tanpa syarat. Kasih tanpa syarat inilah yang harus direspons manusia dengan baik, yaitu dengan cara meneruskan kasih itu kepada banyak orang. Ayat 11 mengatakan, “Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mangasihi.”

Teens, tentu tidak mudah untuk mengasihi tanpa syarat. Oleh karena itu, berjuanglah dan mintalah pimpinan Roh Kudus. Bukankah kita sudah merasakan sukacita dikasihi tanpa syarat oleh Allah? Nah, bagikanlah sukacita itu kepada banyak orang! Jangan sampai kasih Allah itu hanya berhenti pada diri kita sendiri, ya! Ayo belajar dari kehidupan Gladys! Ketika kita menolong orangtua atau siapa pun itu, lakukanlah dengan tulus, tanpa syarat. Dengan demikian, perilaku kita akan menyukakan hati Tuhan dan tentu menyukakan hati sesama kita.