MEMERCAYAI KEBAIKAN ALLAH
Keluaran 6:1-13
“… Aku akan menjadi Allahmu, supaya kamu mengetahui, bahwa Akulah, TUHAN, Allahmu ….”
(Kel. 6:6)
Rina mengeluh kepada suaminya betapa sulitnya meyakinkan Rido, putra angkat mereka, mengenai apa pun. Pengalaman sebagai anak yang ditolak membuat Rido sering kali berpikiran negatif, bahkan kepada orangtua angkatnya yang mengasihinya.
Serupa dengan bangsa Israel. Pengalaman di dalam penindasan membuat mereka sulit percaya pada kebaikan. Mereka sangat sensitif pada sosok yang dipandang berkuasa, termasuk pada Allah. Mereka tidak tertarik pada janji Allah, sebagaimana yang disampaikan oleh Musa. Keluaran 6:8b mencatat, “Mereka tidak mendengarkan Musa karena mereka putus asa dan karena perbudakan yang berat.” Apakah Allah tahu? Pasti. Namun, Ia tidak menyerah. Justru, Allah menunjukkan relasi yang intim dengan menyebut mereka sebagai “umat-Ku.” Ia juga menegaskan siapa diri-Nya, “Aku akan menjadi Allahmu.” Tampak jelas kepemilikan Allah atas umat-Nya, sekaligus undangan untuk mendekat kepada Dia.
Sesulit apa pun pengalaman yang kita hadapi, tak akan mengubah kenyataan bahwa Allah berkenan menjadikan kita milik-Nya. Pengalaman traumatis masa lalu sekalipun, tak dapat menghapus kenyataan bahwa Allah tetap hadir dalam hidup kita. Yang harus kita lakukan adalah membuka hati untuk menerima uluran tangan Tuhan. Mengizinkan Ia berkarya membebaskan kita dari belenggu masa lalu sehingga kita dapat merayakan hidup hari ini sebagai anugerah.
REFLEKSI:
Memercayai kebaikan Allah adalah pintu masuk menuju kehidupan yang penuh sukacita.
Mzm. 91:1-2, 9-16; Kel. 6:1-13; Kis. 7:35-42
Pengganti ongkos cetak dan biaya pengiriman:
Rp. 70.000,-/tahun
Rp. 8.000,-/eksemplar
Pembayaran melalui:
Bank Mandiri - Jakarta, Kelapa Dua
A/C No. 165 0000 558743
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Marketing
BCA Bidakara
A/C No. 450 558 9999
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Persembahan Kasih melalui:
BCA Bidakara
A/C No. 450 305 2990
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama