Keluaran 12:21-27

“Dan apabila anak-anakmu berkata kepadamu: Apakah artinya ibadahmu ini?”

(Kel. 12:26)

 

 

Setiap anak lahir sebagai individu yang merdeka dan memiliki hak untuk hidup. Di saat yang sama manusia lahir di tengah keluarga yang mewarisi nilai kultur dan agama. Karena itu, wajar jika keluarga, khususnya orangtua, membiasakan tradisi kultur dan agama yang mereka warisi. Yang menjadi persoalan adalah ketika pembiasaan tradisi kultur dan agama kepada anak tidak diiringi dengan dialog yang sehat. Tradisi kultur dan agama yang ditanamkan kepada anak dapat berdialog dengan ilmu-ilmu lainnya. Dampaknya adalah ketika anak terus berproses sampai menjadi dewasa, anak dapat memaknai tradisi kultur dan agama yang diwariskan kepadanya.

 

Dalam Keluaran 12, umat Israel menjalani ritual agama, yaitu perayaan Paskah. Ada rupa-rupa ritual yang secara detail harus dilakukan oleh umat (Kel. 12:1-23). Keluaran 12 mencatat secara detail apa yang harus dilakukan oleh umat. Ritual tersebut haruslah menjadi hari peringatan dan harus dirayakan bagi Tuhan secara turun-temurun. Umat harus merayakannya sebagai ketetapan untuk selama-lamanya (Kel. 12:14). Apa makna ritual ini bagi generasi berikutnya? Di ayat 26 dicatat, “Dan apabila anak-anakmu berkata kepadamu: Apakah artinya ibadahmu ini?” Pertanyaan anak-anak yang mewarisi iman dari orangtua mereka adalah bentuk pertanyaan yang harus disikapi. Di ayat 27 dicatat, “Maka haruslah kamu berkata: Itulah korban Paskah bagi TUHAN.”

 

Youth, kita perlu menemukan jiwa/inti dari seluruh nilai dan ritual yang dijalani dan dihayati. Proses menemukannya bisa melalui mempertanyakannya secara kritis sekaligus menjalaninya dengan tekun dan jujur sehingga dengan pertolongan Tuhan, kita menemukan maknanya yang luhur.

 

1. Bagaimana umat Israel menyikapi penderitaan?

2. Bagaimana kita dapat memelihara iman dan menghormati kultur yang kita warisi?

 

 

Pokok Doa:

Memelihara dan menghayati iman.