Yesaya 50:4-9a

Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.

(Yes. 50:4)

 

 

Di zaman modern kita menjalani aktivitas yang serbacepat. Nilai manusia diukur dari produktivitasnya; seberapa banyak ia meraih target proyek, uang, jabatan, dan sebagainya. Bahkan di kala bangun pagi pun, hal pertama yang tebersit dalam pikiran adalah apa yang akan kita kerjakan. Kerap kali karena kesibukan yang sangat padat, kita merasa apa yang kita kerjakan nyaris tanpa makna. Kita bisa saja kehilangan panggilan luhur dalam kerja dan karya yang kita lakukan.

 

Melalui Yesaya 50, kita belajar bagaimana hamba Tuhan menghayati panggilan Tuhan dalam hidupnya. Hamba Tuhan yang dituliskan dalam Yesaya 50 menunjukkan ketaatan kepada Tuhan yang memanggilnya. Ini dimulai dengan menyediakan diri sebagai seorang murid yang selalu harus belajar dalam didikan Tuhan. Sebagai murid, hamba Tuhan menyediakan diri agar kata-kata yang keluar dari mulutnya adalah kata-kata yang baik yang memberi semangat kepada yang letih lesu. Setiap pagi yang pertama dilakukan adalah menyediakan diri mendengarkan Tuhan. Ia mendengarkan apa yang patut untuk dilakukannya, “Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid … Setiap pagi
Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid” (Yes. 50:4).

 

Youth, sesungguhnya, kerja yang kita lakukan bukan sekadar kerja tanpa makna. Allah menciptakan kita bukan tanpa maksud dan tujuan. Karena itu, temukanlah apa yang Allah kehendaki dalam diri kita melalui kerja yang kita lakukan. Mulailah dengan meminta Allah mempertajam hasrat kita untuk mendengarkan-Nya seperti seorang murid.

 

1. Apakah yang diminta hamba Tuhan dalam Yesaya 50:4?

2. Apakah yang perlu kita lakukan agar dapat menemukan makna dalam kerja kita?

 

 

Pokok Doa:

Menemukan panggilan Tuhan dalam pekerjaan kita.