Kejadian 37:1-11

Setelah dilihat oleh saudara-saudaranya, bahwa ayahnya lebih mengasihi Yusuf dari semua saudaranya, maka bencilah mereka itu kepadanya dan tidak mau menyapanya dengan ramah.

(Kejadian 37:4)

Apakah sikap intoleransi bisa terjadi di dalam keluarga? Tentu saja bisa. Entah terjadi antara suami dan istri, atau antara orangtua dan anak, atau antara kakak dan adik. Ketika salah satu pihak merasa diri paling benar, paling berkuasa, dan paling penting, maka intoleransi pasti terjadi.

Alkitab juga beberapa kali mencatat kisah sikap intoleransi yang terjadi dalam keluarga. Salah satunya adalah antara Yusuf dan saudara-saudaranya. Yusuf memang sangat berbeda dari saudara-saudaranya yang lain. Ia jauh lebih muda. Secara fisik, ia juga tidak sekuat mereka. Sebab, ia lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, sementara saudara-saudaranya lebih sering berada di padang menggembalakan kambing domba. Pakaian yang dikenakannya pun lebih indah. Bahkan, dikisahkan bahwa Yusuf lebih disayang oleh ayahnya sebab ia lahir saat ayahnya sudah tua. Perbedaan-perbedaan itulah yang pada akhirnya menciptakan jarak di antara mereka. Saudara-saudara Yusuf menjadi iri dan membencinya. Sampai pada suatu hari, ketika Yusuf datang menjumpai saudara-saudaranya, mereka memukulnya, mengambil jubah indahnya, dan menjualnya untuk dijadikan budak.

Teens, keluarga adalah salah satu tempat di mana toleransi harus dijunjung tinggi. Setiap anggota keluarga pastilah memiliki sifat dan sikap yang berbeda-beda. Karena itu, sangat penting untuk belajar memahami dan menghargai karakter setiap anggota keluarga. Jika kamu adalah kakak yang memiliki adik, maka sudah sepantasnya kamu melindungi dan membimbing adikmu. Jika kamu adalah adik yang memiliki kakak, maka sudah seharusnya kamu menghormati dan menghargai kakakmu. Kakak dan adik bukanlah lawan yang harus menunjukkan siapa yang paling kuat dan berkuasa, melainkan kawan yang saling merangkul agar bersama-sama kuat menjalani kehidupan.