“… Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya.”

(Kis. 10:34-35)

“Tuhan cinta semua anak, semua anak di dunia. Haleluya. Kuning, putih, dan hitam, semua dicinta Tuhan. Tuhan cinta semua anak di dunia.” Demikianlah sebuah lagu pujian Sekolah Minggu yang mungkin dulu pernah kita nyanyikan dan sekarang dinyanyikan oleh cucu-cucu kita. Lagu tersebut mengajarkan kepada kita bahwa Tuhan mencintai semua orang di dunia ini tidak peduli suku dan warna kulit mereka. Anak-anak juga diingatkan untuk tidak membeda-bedakan teman bermain mereka.

Tampaknya, kecenderungan untuk membeda-bedakan orang itu bukan hanya milik anak-anak atau kita yang hidup di zaman sekarang. Pada zaman yang lampau pun ternyata ada juga sikap “mengotak-kotakkan” manusia. Manusia dilihat dari sukunya, status sosialnya, dan sebagainya. Hal yang sama juga dilakukan oleh Petrus yang dibesarkan dengan budaya Yahudi yang pada saat itu sangat membeda-bedakan orang. Kala itu Petrus agak enggan dan ragu untuk melayani orang bukan Yahudi (ay. 28), tetapi Tuhan mengingatkan Petrus agar melayani Kornelius tanpa melihat sukunya. Hal ini membuka mata Petrus bahwa Tuhan tidak membedakan orang. Itulah juga yang seharusnya kita lakukan dalam hidup kita sehari-hari.

DOA:

Kami bersyukur, Tuhan, karena Engkau menciptakan kami dengan baik, ajar kami agar mampu melihat diri-Mu dalam sesama kami, sehingga kami tidak membeda-bedakan sesama kami. Amin.