2 Raja-raja 21:1-9

Bahkan, ia mempersembahkan anaknya sebagai korban dalam api, melakukan ramal dan telaah, dan menghubungi para pemanggil arwah dan para pemanggil roh peramal. Ia melakukan banyak yang jahat di mata TUHAN, sehingga ia menimbulkan sakit hati-Nya.

(2 Raja-raja 21:6)

Ajaran Yunani kuno mengajarkan bahwa Allah tidak memiliki perasaan atau dalam istilah Yunani disebut apatheia. Jika Allah mempunyai perasaan, maka artinya Ia dikuasai oleh perasaan-Nya dan itu berarti perasaan lebih berkuasa daripada Allah. Karena itu, orang Yunani memahami bahwa kesempurnaan dan kemahakuasaan Allah tidak memungkinkan Allah memiliki perasaan.

Namun, tidak demikian dengan ajaran Alkitab. Alkitab menyatakan bahwa Allah yang sempurna adalah Allah yang mempunyai perasaan. Bahkan, Ia bisa merasakan sakit hati. Dituliskan di ayat 6, “Ia melakukan banyak yang jahat di mata Tuhan, sehingga ia menimbulkan sakit hati-Nya.” Dalam kisah ini sakit hati Tuhan terjadi karena perbuatan Manasye, raja Yehuda. Dosa yang dilakukannya membuat Tuhan sakit hati. Tidak seperti Hizkia, ayahnya, yang mengandalkan Tuhan, Manasye justru memilih untuk menyembah ilah lain. Bahkan, ia mengorbankan anaknya untuk sang dewa sesembahannya.

Teens, menyenangkan hati Tuhan seharusnya menjadi tujuan utama orang percaya. Sebagai anak-anak Tuhan, kita harus berusaha untuk menata atau mengelola hidup kita sedemikian rupa sehingga hidup kita berkenan bagi Tuhan dan membuat Tuhan tersenyum. Menjaga diri agar selalu berkenan kepada Tuhan, yaitu berpikir, berucap, dan melakukan segala sesuatu sesuai dengan pikiran, perasaan, dan kehendak Tuhan. Waspadalah pada setiap langkah dalam hidup ini karena ada begitu banyak keinginan daging yang akan berpotensi membuat hati Tuhan sedih atau kecewa. Mari selalu melakukan kehendak-Nya dengan sepenuh hati dan tidak sekali-kali menomorduakan Tuhan demi kepentingan sesaat. Maukah kamu menyenangkan hati Tuhan?