Matius 9:9-13

“Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”

(Matius 9:13)

Kita terbiasa mengotak-ngotakkan manusia. Kotak-kotak itu mempunyai nama. Nama itu diberikan berdasarkan kriteria tertentu: kelompok orang baik-baik dan kelompok orang jahat (berdosa). Penilaian ini bukan hanya muncul di zaman Yesus, melainkan juga di masa kini. Sering kali kita merasa lebih baik daripada orang lain, lalu merasa lebih berhak diberkati Tuhan. Meskipun kita semua berdosa, entah bagaimana kita dapat merasa lebih baik daripada orang lain. Kita sering berpikir, “Saya tidak jujur karena menyontek, tetapi ia lebih parah. Ia tidak jujur karena menipu.” “Saya mem-bully teman yang tidak saya suka, tetapi kan lebih parah orang yang membunuh.” Padahal, tidak ada dosa kecil dan dosa besar sebab dosa adalah dosa. Setiap dosa mendatangkan kehancuran dalam hidup.

Di dalam pelayanan-Nya Yesus mendobrak pengotak-ngotakan terhadap manusia. Bagi Yesus, semua ciptaan Allah dikasihi karena semua binasa oleh dosa. Allah memiliki kasih yang begitu besar sehingga tidak ada keraguan bagi Yesus untuk berinisiatif menjumpai dan memasuki kehidupan yang perlu disentuh oleh cinta Allah. Tidak ada keraguan dalam diri Yesus untuk makan bersama dengan pemungkut cukai sekalipun mereka sering kali disebut sebagai orang berdosa. Dengan tegas Yesus mengatakan bahwa Ia datang untuk orang berdosa. Yesus menegaskan pelayanan Injil adalah pelayanan belas kasihan agar setiap orang merasakan kasih Allah yang memulihkan kehidupan.

Teens, Gereja dipanggil Tuhan untuk bertindak seperti Yesus yang memandang dunia dengan belas kasihan. Hal ini yang membuat Gereja berinisiatif merangkul, bergerak, memperjuangkan belas kasihan kepada siapa pun. Ya, kepada siapa pun, tanpa batas, seperti yang dikerjakan oleh Yesus. Gereja menjadi rumah orang-orang berdosa agar mereka menemukan kasih Tuhan dan menghidupi pertobatan.