Lukas 20:1-8

Jawab Yesus kepada mereka: “Aku juga akan mengajukan suatu pertanyaan kepada kamu …”

(Luk. 20:3)

 

 

Kata “filsafat” (Inggris: philosophy) berasal dari kata philosophia (Yunani; philos = cinta; sophia = kebijaksanaan, pengetahuan). Singkatnya, filsafat berarti cinta pada kebijaksanaan atau kebenaran pengetahuan. Dalam filsafat, bertanya adalah dasar. Karena itu, menjawab pertanyaan dan mempertanyakan jawaban dilakukan sebagai dialektika. Tujuannya jelas, agar melalui proses bertanya itu, kita dibimbing dan dicerahkan menuju kebijaksanaan dan kebenaran sejati dalam hidup; agar yang tidak tahu menjadi tahu.

 

Sayangnya, bertanya dengan motivasi menjebak dan menjatuhkan justru dilakukan imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat, dan tua-tua terhadap Yesus. Orang-orang terpandang dan berpengetahuan agama yang dalam ini menjumpai Yesus saat Ia mengajar di Bait Allah dan mengajukan pertanyaan menjebak itu. Lewat cara mereka, bertanya yang seharusnya mencerahkan orang akan kebenaran malah menjadi sarana untuk menjebak. Namun, Yesus tidak kalah cerdik menghadapinya. Yesus menjawab dengan balas bertanya. Dengan strategi seperti itu, Yesus berhasil mematahkan jebakan mereka. Lihatlah, mereka pun
akhirnya serbasalah (Luk. 20:5-7).

 

Youth, Yesus mengajarkan pentingnya bertanya dalam hidup ini sekaligus mengingatkan agar tidak menyalahgunakan bertanya untuk menjebak dan menjatuhkan. Dalam hidup ini, kita pasti punya banyak pertanyaan tentang tujuan hidup dan rencana Tuhan bagi kita. Bertanyalah kepada Tuhan, Sang Kebenaran. Namun, insafilah bahwa pertanyaan itu harus dilandasi dan digumuli untuk memperoleh kebenaran, bukan malah menjatuhkan Sang Kebenaran.

 

1. Mengapa imam kepala, ahli Taurat, dan tua-tua serbasalah dalam menjawab pertanyaan Yesus?

2. Saat bertanya kepada Tuhan, apakah hal itu berangkat dari kerinduan kita untuk memperoleh kebenaran?

 

 

Pokok Doa:

Keinsafan dalam bertanya tentang pergumulan hidup kepada Tuhan.