Kolose 1:21-23

Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya … sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus ….

(Kolose 1:21-22)

Ada sebuah kalimat bijak demikian, “Seribu teman masih sedikit, tetapi satu musuh sudah terlalu banyak.” Pernahkah kamu berkonflik dengan seseorang hingga kalian saling bermusuhan dalam waktu yang lama? Pasti situasi itu sangat tidak mengenakkan, ya. Namun, apakah memang manusia dapat hidup tanpa konflik sama sekali? Apakah “berkonflik” punya arti yang sama dengan “bermusuhan”? Ternyata tidak.

Dalam teori sosial, konflik adalah suatu hal yang wajar terjadi. Konflik disebabkan oleh perbedaan ciri-ciri seseorang dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan itu bisa menyangkut ciri fisik, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, pendapat, dan lain sebagainya. Konflik juga justru menandakan bahwa individu-individu dalam komunitas saling berinteraksi, bahkan berelasi. Dalam teks Alkitab hari ini, Rasul Paulus mengatakan, “Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat, sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus …” (ay. 21-22). Kata “memperdamaikan” (Yunani: katallaso ) menyatakan sebuah situasi ketika ada permusuhan antara dua pihak yang menuntut perubahan sikap dari kedua pihak atau salah satunya. Dalam hal ini, justru Allah yang mengambil inisiatif untuk berdamai dengan manusia (Rm. 5:8) walaupun manusialah yang memusuhi-Nya (ay. 21). Sungguh mengherankan, bukan?

Teens, salah satu ciri orang Kristen yang sejati tidak terletak pada hidup yang tanpa konflik sama sekali, tetapi inisiatifnya untuk menjadi pelopor perdamaian dalam setiap situasi konflik. Dengan cara demikian, konflik yang kamu alami tidak akan berujung pada permusuhan, tetapi justru menuntunmu menuju kedewasaan diri yang penuh.