Mazmur 76

Dari langit Engkau memperdengarkan keputusan-Mu; bumi takut dan tertegun.

(Mzm. 76:9)

 

 

Sidang akan dimulai. Hakim memasuki ruangan persidangan. Hadirin pun berdiri menyambut kedatangannya. Itulah wujud penghormatan yang diberikan kepada hakim. Mengapa demikian? Sebab, kita menganggap hakim di dunia ini adalah wakil Tuhan untuk memutuskan perkara. Hakimlah yang mengadili setiap perkara dengan seadil-adilnya.

 

Dalam Mazmur 76, Asaf memuji kemasyhuran Allah sebagai hakim yang dahsyat atas seluruh bumi. Kedahsyatan Allah membuat para pemimpin dan raja di bumi takut. Ia adalah hakim yang berkuasa untuk menghukum dan menyelamatkan. Asaf menyaksikan bagaimana Allah menjalankan penghakiman. Dengan keperkasaan-Nya, Allah menghukum para penindas dan pelaku kejahatan. Pada saat yang sama, Ia juga menjadi penyelamat bagi semua orang yang mengalami penindasan. Terhadap Allah yang sedemikian hebat dan cemerlang itu, Asaf mengajak umat mengikatkan diri dengan-Nya (bernazar) dan tidak melupakan kewajiban sebagai umat-Nya yang telah diselamatkan.

 

Youth, tak jarang kita jengkel dan frustrasi melihat, bahkan mengalami sendiri, ketidakadilan dalam hidup. Namun, kesaksian pemazmur bahwa Allah adalah hakim yang adil, benar, dan penuh kuasa dapat menenangkan kita. Sebab, kita tahu bahwa meskipun terjadi ketidakadilan dan kefasikan atas kita, pada saat-Nya Allah akan menunjukkan pembelaan-Nya serta kuasa-Nya atas kehidupan kita. Marilah kita selalu bersyukur kepada-Nya melalui kehidupan yang benar di hadapan-Nya. Allah selalu tahu kapan saat yang tepat untuk bertindak dan menyatakan keputusan-Nya dalam hidup kita.

 

1. Bagaimana Asaf menggambarkan Allah sebagai hakim?

2. Apa yang Anda lakukan saat melihat ketidakadilan terjadi di kampus atau tempat kerja?

 

 

Pokok Doa:

Berikhtiar untuk adil mulai dari dalam pikiran.