Kolose 3:12-14

… kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran … kenakanlah kasih, sebagai pengikat ….

(Kolose 3:12-14)

Menjelang Perang Dunia Kedua (1939-1945) seorang pendeta asal Jerman bernama Dietrich Bonhoeffer pernah menulis sebuah buku yang diberi judul The Cost of Discipleship (artinya: “Harga Sebuah Pemuridan”). Salah satu kutipan dari buku itu yang paling terkenal hingga hari ini adalah tulisan Bonhoeffer tentang cheap grace (anugerah murahan). Melalui tulisan itu, Bonhoeffer mengkritik praktik hidup orang percaya dan gereja pada waktu itu yang mencerminkan pengampunan tanpa pertobatan, perjamuan kudus tanpa pengakuan dosa, dan anugerah tanpa pemuridan. Namun, itulah kenyataannya. Jerman, yang notabene adalah “negara Protestan”, dalam sejarahnya pernah menjadi salah satu negara “paling berdarah” karena pembunuhan jutaan orang Yahudi di era kepemimpinan Adolf Hitler.

Inilah salah satu kelemahan kita sebagai orang Kristen. Kita sering merasa bahwa Kristus sudah mati menggantikan kita. Itu sebabnya kita menjalani hidup bagaikan orang yang terlena oleh kemudahan, “Toh saya sudah pasti selamat.” Melanjutkan renungan kemarin, Rasul Paulus menyebutkan secara terperinci tentang karakteristik seorang “manusia baru” di dalam Kristus, “… sebagai orang-orang pilihan Allah … kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran … ampunilah seorang akan yang lain … kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan …” (ay. 12-14). Karakteristik manusia baru ini bertolak belakang dengan karakteristik “manusia lama” yang sebelumnya dikatakan dalam Kolose 3:5, 8.

Teens, percaya kepada Yesus, dibaptis, dan rajin beribadah tidak cukup membuktikan diri kita sebagai seorang murid Kristus yang benar-benar telah “lahir baru” di dalam-Nya. Rasul Paulus telah memberikan tolok ukur yang begitu jelas bagi kita tentang apa dan bagaimana manusia baru itu. Sudahkah hidup kita mencerminkan salah satu di antaranya?