Kolose 4:18

Salam dari padaku, Paulus. Salam ini kutulis dengan tanganku sendiri. Ingatlah akan belengguku.

(Kolose 4:18)

Film “Laskar Pelangi” yang diadaptasi dari novel karya Andrea Hirata menjadi salah satu film dalam negeri yang menarik untuk ditonton. Film ini mengisahkan tentang perjuangan 10 orang sahabat yang menyebut diri mereka Laskar Pelangi. Mereka harus berjuang keras untuk menempuh studi di tengah berbagai macam keterbatasan diri dan fasilitas pendidikan yang ada di desa Gantung, Belitung Timur. Dari film ini kita belajar bahwa kesulitan dan pergumulan hidup yang berat justru sering kali dapat membentuk kepribadian yang indah. Seorang murid yang terbiasa belajar dengan fasilitas yang lengkap dan mahal belum tentu lebih berhasil dalam studi dibandingkan dengan mereka yang harus belajar di ruang kelas yang nyaris roboh.

Rasul Paulus juga pernah mengalami situasi yang sulit ketika ia harus dipenjarakan di Roma selama 4 tahun tanpa melalui pengadilan yang benar-benar adil. Dapatkah kamu membayangkan situasi di dalam penjara? Tentunya ruang itu gelap dan sempit. Suasananya pasti sangat jauh berbeda dari kamar atau ruang belajarmu yang memiliki fasilitas yang baik. Namun yang menarik, justru dari dalam penjara itulah Rasul Paulus menuliskan surat-suratnya kepada Filemon dan jemaat-jemaat di Kolose, Efesus, dan Filipi. Di tengah segala keterbatasan yang ada, produktivitas yang menjadi berkat bagi banyak orang justru tercipta. Bahkan, Surat Kolose itu sendiri diakhiri dengan salam dan ungkapan syukur atas “kasih karunia” Allah (ay. 18).

Teens, pada umumnya surat-surat rasuli yang dialamatkan kepada Jemaat-Jemaat Mula-Mula tidak ditulis dalam situasi yang tenang dan damai, tetapi dalam situasi yang penuh penganiayaan dan keterbatasan. Namun, justru dari sanalah terbit kasih karunia Allah yang membangkitkan gereja-Nya. Sudahkah kamu mengungkapkan syukurmu atas segala yang kamu miliki dengan bergiat melayani Tuhan?