Filipi 2:1-11

… dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.

(Filipi 2:4)

Pada suatu malam seorang pria bermimpi ia meninggal dan berada di ruangan besar. Ada meja perjamuan dipenuhi aneka makanan lezat. Di sekeliling meja banyak orang duduk kelaparan. Semua kursi berjarak dua meter dari meja dan mereka tidak dapat keluar dari kursi. Ada satu sendok sepanjang dua meter. Semua bertarung meraih sendok. Seorang yang kuat pun menang. Ia menyendok makanan dan mencoba menyuapi dirinya. Sendok itu sangat panjang. Makanan tidak bisa menyentuh mulutnya dan akhirnya jatuh. Segera orang lain mengambil sendok, tetapi makanannya selalu jatuh. Demikian seterusnya. Lalu pria ini masuk ke ruangan lain yang kondisinya sama. Namun, mereka terlihat senang dan kenyang. Ternyata proses makan mereka berbeda. Semua berperan. Ada yang memegang sendok, ada yang mengulurkan tangan, ada yang mengambil makanan dan memasukkannya ke mulut orang lain, berganti-gantian.

Dua ruangan ini menunjukkan perilaku yang berkebalikan. Ruang satu berisi selfishness. Abai pada sesama. Hanya mau untung sendiri. Ruang dua ada altruistic: sikap memperhatikan kepentingan orang lain. Altruistik adalah sikap rela menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan apa pun. Ketika dipenjara akibat memberitakan Injil, Rasul Paulus tetap memperhatikan kehidupan iman jemaat di kota Filipi. Dalam surat ini, Paulus bersyukur atas perhatian dan dukungan jemaat. Di tengah rasa syukur itu, jemaat juga diajak untuk terus sehati sepikir dan saling membantu sebagai sebuah tim kerja. Kekuatan jemaat terletak pada kesehatian mereka untuk mau saling membantu dan peduli satu sama lain.

Teens, rintangan seberat apa pun sanggup dihadapi jika kita bersatu dan bersedia saling membantu. Kita hidup bersama orang lain di dunia ini. Kristus mengajak kita untuk hidup saling memperhatikan. Tidak sekadar kepo, tetapi bersedia terlibat dan membantu.