Yohanes 1:19-28

“Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun ….”

(Yoh. 1:23)

 

 

Dunia zaman ini mendorong, bahkan memaksa, manusia untuk menjadi pemenang, unggul, dan nomor satu. Dampaknya manusia meniadakan orang lain. Manusia tidak segan memangsa sesama demi kepentingannya, demi menjadi yang pertama. Bahkan jika diperhatikan, pola semacam ini telah diterapkan kepada anakanak. Mereka harus menjadi juara (pemenang).

 

Yohanes tahu persis siapa dirinya. Ia memiliki peluang untuk membusungkan dada dan mendapat ketenaran. Namun, ia tidak melakukannya. Ia sadar bahwa dirinya hanya sarana untuk memperkenalkan Yesus, Anak Allah. Yohanes memandang dirinya hanya sebagai “suara orang yang berseruseru di padang gurun” untuk mempersiapkan jalan bagi kedatangan Tuhan. Suara yang berseru di padang gurun itu hampir tidak tenar dan diabaikan. Terdengar sayup-sayup, cenderung tidak penting. Ungkapan ini menunjukkan bahwa Yohanes mengerti bagiannya. Ia memiliki integritas untuk tetap tahu diri di tengah peluang untuk mencuri kemuliaan Tuhan. Walaupun hanya suara yang berseru di padang gurun, Yohanes menjalankannya dengan sungguh-sungguh, sepenuh hati, dan profesional.

 

Youth, godaan untuk menonjolkan diri dapat terjadi kepada siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Kerendahan hati Yohanes mengajak kita untuk menyusuri jalan yang sama. Tetap melakukan bagian kita dengan sebaik mungkin tanpa gila hormat. Apa pun yang kita lakukan adalah untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Inilah spiritualitas yang mendasari tiap tindakan kita. Melaluinya, kita menjadi pribadi yang sehat baik mental maupun spiritual.

 

1. Bagaimana Yohanes menjelaskan siapa dirinya kepada para imam dan Lewi?

2. Apa rencana Youth dalam menolong diri agar tidak gila hormat?

 

 

Pokok Doa:

Berjuang untuk hidup dalam kerendahan hati.