1 Korintus 12:12-31

… supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan.

(1 Korintus 12:25)

Kalimat lengkap dari judul di atas adalah: Rukun agawe santosa, crah agawe bubrah. Pepatah dalam bahasa Jawa ini memiliki makna yang sangat dalam: Hidup rukun bersatu mendatangkan kekuatan, sedangkan pertengkaran hanya akan menuntun manusia pada kehancuran. Bagi orang Jawa, pepatah ini bukan sekadar kalimat, melainkan sebuah nilai hidup. Dalam berbagai bentuk dan cara, masa lalu dan masa kini, orang Jawa terus berupaya menghadirkan spirit hidup damai dan rukun. Itulah mengapa, secara sosial, masyarakat Jawa tidak menyukai pertikaian.

Hidup saling menolong dan memberi perhatian menjadi kunci yang ditawarkan oleh Rasul Paulus tatkala menerangkan perihal Gereja. Sebagai tubuh Kristus, jemaat memiliki beragam talenta dan peran yang berbeda (ay. 14). Sama seperti tubuh manusia; satu, tetapi terdiri dari banyak anggota (ay. 12). Beragamnya karya jemaat ini tidak lantas dipakai untuk saling meninggikan diri dan merendahkan peran orang lain (ay. 15-21). Sebaliknya, Paulus mengajak jemaat di Korintus untuk mengakui, mensyukuri, dan merayakan perbedaan yang saling melengkapi ini. Keunikan tiap suku bangsa serta karakter dan kemampuan dari tiap jemaat di Gereja adalah kekayaan yang perlu diterima dengan penuh rasa syukur (ay.20). Paulus sadar bahwa keunikan dapat menjadi kekayaan sekaligus potensi pertikaian. Maka, alih-alih fokus pada diri sendiri, jemaat justru diajak hidup saling memperhatikan dalam ragam perbedaan (ay. 25).

Teens, perbedaan adalah keniscayaan. Sejak semula ciptaan Allah beraneka ragam. Kompetensi yang kita miliki juga berlainan; dan justru di situlah indahnya. Melalui aneka talenta yang dikaruniakan Tuhan, kita dapat saling mengisi dan melengkapi. Pakailah setiap ragam kemampuan yang kita miliki untuk melayani Tuhan. Latihlah terus keahlian kita sembari berilah apresiasi pada setiap karya orang lain.