1 Tesalonika 4:1-12

Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus.

(1Tes. 4:7)

 

 

Media massa dan media daring kita sempat heboh dengan berita tentang uang sejumlah Rp. 500 juta yang ditemukan di sebuah KRL tujuan Bogor. Uang itu ditemukan di bawah kursi oleh seorang petugas cleaning service KRL. Kemudian ia menyerahkan uang itu ke pihak keamanan stasiun agar uang itu dapat dikembalikan ke pemiliknya. Ini jumlah uang yang sangat banyak. Jika kita ada di posisi si cleaning service, apa yang akan kita lakukan?

 

Sebagai kota pelabuhan yang maju dan otonom, Tesalonika menjadi jalur perdagangan yang ramai dan modern pada masanya. Situasi ini, ditambah dengan pengaruh budaya Yunani, agaknya menjadi persoalan bagi jemaat di Tesalonika, khususnya dalam menjaga kekudusan hidup (seksualitas). Itulah sebabnya teks 1 Tesalonika 4 kental dengan nasihat tentang hidup kudus dan agar tidak sembarangan terhadap seksualitas. Paulus menegaskan detail nasihatnya pada pokok teologis yang kuat bahwa kita dipanggil “bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus”. Panggilan untuk hidup dalam kekudusan adalah identitas mereka yang telah ditebus Allah dan hidup dalam anugerah. Pikiran, hati (kehendak), perkataan, dan tindakan dimurnikan agar melahirkan kehidupan yang kudus dan berkenan kepada Allah. Apa yang dilakukan si petugas cleaning service tersebut adalah manifestasi hidup kudus.

 

Youth, sebenarnya hidup kudus bukanlah pilihan, melainkan identitas yang melekat dalam diri anak-anak Tuhan. Kesadaran akan identitas itulah yang mendorong kita menghasilkan kualitas hidup kudus. Perintah untuk hidup dalam kekudusan didasarkan kepada Allah kita yang adalah kudus sebagaimana ada tertulis, “Kuduslah kamu, sebab Aku kudus” (1Ptr.1:16).

 

1. Apa penyebab Paulus menasihatkan tentang kekudusan bagi jemaat Tesalonika?

2. Apa saja tantangan untuk mengusahakan hidup yang kudus itu?

 

 

Pokok Doa:

Ketahanan diri untuk menjaga kekudusan hidup.