Matius 1:18-25

Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya.

(Mat. 1:24)

 

 

Juergen Moltmann, pelopor Teologi Pengharapan, mengisahkan pengalamannya dalam Perang Dunia II dalam buku Experiences of God. Hanya ada dua buku yang ia bawa ke medan tempur, yakni sajak-sajak Goethe dan karya Nietzsche. Namun, sewaktu tertangkap dan menjadi tawanan, seorang pendeta di penjara memberinya Alkitab Perjanjian Baru dengan tambahan Mazmur 139, “Jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situ pun Engkau.” Dalam refleksinya, ia yakin bahwa Tuhan hadir, bahkan di belakang kawat berduri. Ia mengalami kehadiran Tuhan yang menyertai di tengah penderitaan.

 

Kunjungan malaikat kepada Yusuf merupakan pemenuhan janji Allah dalam karya penyelamatan sekaligus jaminan penyertaan-Nya kepada manusia. Imanuel, Allah beserta kita, adalah garansi iman yang menopang manakala manusia berhadapan dengan kenyataan sulit dan dituntut mengambil keputusan yang tidak mudah. Dalam situasi berisiko tinggi karena tuntutan hukum agama saat itu, Yusuf mengurungkan niatnya untuk meninggalkan Maria. Ia bangun, lalu melakukan seperti yang dikatakan oleh malaikat itu. Ia berani mengambil risiko karena yakin bahwa Allah menyertainya. Ia percaya pada rancangan Allah bagi kehidupan. Terbukti keluarga kudus ini mampu melalui masa-masa sukar dalam tuntunan dan penyertaan Allah.

 

Youth, jangan takut mengambil risiko dalam hidup beriman. Pengalaman Yusuf meneguhkan kita: Jika itu adalah rancangan Tuhan, pasti jalan itu adalah yang paling aman. Bagaimana pun risikonya, Tuhan telah mengatur segala yang baik bagi kita. Itulah jaminannya. Imanuel. Allah beserta kita.

 

1. Apa yang menjadi ketakutan Yusuf sehingga ingin meninggalkan Maria?

2. Pengalaman disertai Tuhan seperti apa yang dialami dalam hidup beriman?

 

 

Pokok Doa:

Keyakinan pada penyertaan Tuhan dalam menapaki hidup beriman.