2 Korintus 9:1-15

Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.

(2 Korintus 9:7)

Jessica, seorang bendahara Komisi Remaja, suatu kali bertanya kepada pendeta, “Ibu Pendeta, persembahan yang terkumpul itu sebenarnya uangnya jemaat atau uangnya Tuhan ya?” Pendeta pun menjawab, “Jessica, sesungguhnya semua adalah milik Tuhan karena semua yang ada pada kita berasal dari berkat Tuhan. Nah, Tuhan menitipkan berkat dan kita diminta untuk mengelolanya dengan baik. Maka, sebagian dari berkat Tuhan itu kita pakai untuk kebutuhan, sebagian yang lain kita persembahkan kembali kepada Tuhan melalui gereja. Jadi, persembahan itu sebagai wujud syukur atas berkat Tuhan dan sebagai wujud nyata kesediaan kita untuk turut menopang pekerjaan Tuhan di dunia ini.”

Menjadi komunitas yang saling menopang adalah ajakan Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus. Paulus mengutus Titus, murid dan rekan sepelayanannya, untuk mengunjungi jemaat Korintus (ay. 3). Sebagai gereja, mereka diajak untuk menjadi rekan yang menolong kesulitan keuangan yang sedang dialami gereja di Yerusalem. Jemaat di Yerusalem memerlukan bantuan untuk menopang hidup para pelayan dan merawat yang miskin. Praktik berbagi dan saling menopang juga sudah dilakukan oleh jemaat di Makedonia (ay. 2). Memang upaya untuk saling membantu antargereja yang sedang kesulitan ini sangat ditekankan oleh Paulus. Persembahan dari jemaat Korintus kepada jemaat Yerusalem ini merupakan perwujudan dari komunitas yang saling berbagi. Memberi berarti menyatakan kepedulian dan kasih sebagai sesama gereja. Kasih sejati dilakukan bukan dengan terpaksa, melainkan dengan tulus ikhlas. Allah mengasihi setiap komunitas yang memberi dengan sukacita (ay. 7). Dengan memberi, mereka peduli.

Teens, berkat Tuhan yang dititipkan kepada kita perlu dikelola dengan bijak. Melalui persembahan, kita telah menjadi komunitas yang saling merawat.