Yohanes 4:1-9

Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: “Masakan Engkau, seorang Yahudi minta minum kepadaku, seorang Samaria?”
(Yohanes 4:9)

Ernest Prakasa adalah seorang stand up comedian yang sering membawakan materi komedi tentang “kecinaannya”. Ia resah tentang stigma atau stereotip terhadap etnisnya, Tionghoa. Acapkali ia mengangkat pengalamannya menghadapi perundungan akibat stereotip yang beredar di kalangan masyarakat terhadap etnis Tionghoa. Teman sebayanya tidak hanya sering mengejeknya karena memiliki mata sipit, tetapi juga menganggapnya pelit dan perhitungan. Bahkan, mungkin ada juga yang mengatainya najis karena ia memakan daging babi. Namun uniknya, Ernest berusaha mengolah stereotip tersebut melalui komedinya.

Stereotip adalah penilaian tentang seseorang atau golongan berdasarkan prasangka terhadap orang atau kelompok tersebut. Teks Alkitab hari ini memberikan keterangan bahwa orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria. Semuanya itu disebabkan oleh prasangka yang ternyata sudah berlangsung lebih dari lima ratus tahun. Padahal, dahulunya orang Yahudi dan orang Samaria hidup bersama dalam Kerajaan Israel. Namun, sejak Kerajaan Israel terpecah, hubungan keduanya tidak pernah berjalan baik. Orang Yahudi menganggap orang Samaria sebagai bangsa kafir karena melakukan kawin campur. Sejak saat itu bangsa Samaria menjadi kelompok minoritas yang dipandang rendah dan tidak layak bergaul dengan orang Yahudi. Itulah sebabnya si perempuan Samaria segan untuk memberi minuman kepada Yesus ketika Ia memintanya.

Teens, prasangka adalah titik awal dari terjadinya suatu konflik. Ketika kita menganggap orang lain memiliki sifat buruk hanya karena ia dari suku atau agama tertentu, di situlah kita membangun tembok prasangka yang membuat kita tidak bisa akrab satu sama lain. Ini justru bisa membuat kita saling membenci yang berujung pada konflik tanpa akhir. Runtuhkanlah tembok prasangka itu dengan penerimaan dan kasih.