Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan ….
(Rm. 5:3)

Seorang pensiunan jenderal berkisah bahwa musim durian mengingatkannya pada masa kecilnya yang sulit. Ibunya tidak mau mengeluarkan uang untuk membeli buah yang mahal itu. Maka, ia menunggu di tempat sampah tetangganya yang kaya. Ia memungut biji durian yang masih ada dagingnya dan menikmatinya. Kesulitan ekonomi keluarganya telah membentuknya menjadi orang yang tidak mudah mengeluh. Kesengsaraan demi kesengsaraan membuatnya mampu bersyukur serta tekun melakukan yang terbaik. Tanpa ia sadari, hal itu menjadi karakter yang membuatnya kini menjadi lansia yang menyenangkan dan penuh syukur.

Sahabat Lansia, buah dari kesengsaraan memang tidak bisa langsung kita petik. Saat kita menjalani hidup yang berat, tentu terasa menyesakkan. Namun, kesengsaraan mampu dipakai oleh Tuhan untuk membentuk kita makin indah. Karena itu, sikap kita yang benar bukan mengeluh, tetapi justru harus bermegah. Bermegah artinya tidak mengasihani diri, meratapi nasib, apalagi putus asa. Jadi, jika saat ini kita sedang mengalami sengsara, mari belajar bersyukur. Bersyukur sebab di balik kesengsaraan pastilah ada hal baik yang Tuhan sedang siapkan untuk kita.

DOA:
Tuhan, kami mau bersyukur untuk pengalaman kesengsaraan kami di masa lalu. Kami memetik buahnya berupa ketekunan dalam hidup. Ajari kami juga untuk bermegah kalau saat ini kami sedang mengalami kesengsaraan. Amin.