Matius 26:36-41

“Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan ….”
(Matius 26:41)

Suatu hari seorang remaja yang adiknya baru saja meninggal setelah menderita penyakit kronis ditemukan menangis di toilet sekolah. Teman-temannya menyebutnya mengalami depresi. Pada saat yang lain seorang remaja gagal mengikuti ajang pencarian bakat. Ia menjadi murung di kelas. Teman-temannya juga menyebutnya depresi.

Meski kesedihan yang mendalam adalah salah satu ciri depresi, kesedihan dan depresi itu berbeda. Kesedihan adalah emosi yang dirasakan sebagai reaksi natural dari situasi yang mengganggu atau menyakitkan secara emosional. Depresi adalah gangguan mental yang menyebabkan seseorang gagal menjalankan fungsinya sehari-hari dan tidak dapat lagi merasakan emosi bahagia. Kesedihan adalah hal yang wajar, sedangkan depresi merupakan dampak dari ketidakmampuan seseorang mengelola tekanan yang ia hadapi dalam hidupnya. Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan depresi. Meski demikian, depresi sangat jarang dialami oleh seseorang yang secara disiplin menjaga kesehatan mental dan spiritual. Yesus turut membuktikannya dalam teks Akitab pada hari ini. Apa yang dialami oleh Yesus tentu bukan tekanan yang ringan sebab Ia akan diserahkan untuk mati disalibkan. Semasa hidup-Nya pun, ada banyak orang yang membenci-Nya dan ingin mencelakai- Nya. Namun, sampai menjelang penyaliban-Nya, Yesus tidak menunjukkan gejala depresi; hanya kesedihan yang mendalam. Apa yang membuat Yesus mampu menghadapi semua penderitaan yang menimpa-Nya? Jawabannya kita temukan dalam teks Alkitab hari ini: Ia memelihara jiwa-Nya dengan berdoa. Makin berat tantangan yang harus Ia hadapi, makin sungguh-sungguh Ia berdoa.

Teens, sebagai remaja, tentu ada banyak hal yang dapat membuat kamu merasa tertekan. Namun, bukan berarti kamu tidak punya cara untuk menghadapinya. Mari belajar dari Yesus yang menghadapi tekanan dan kesedihan dengan berdoa.