… namun aku akan bersorak-sorai di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.
(Hab. 3:18)

“Sayur kubis jatuh harga, pohon tomat kena hama, cengkeh pun tidak berbunga, dan jualanku tidak laku.” Itu adalah penggalan lagu Kidung Jemaat 333. Musiknya pilu. Nadanya mendayu-dayu. Liriknya juga berisi penderitaan karena gagal panen, usaha ternak habis dan bangkrut, jualan yang tidak menguntungkan karena tidak laku. Aduh, beratnya!

Situasi seperti itu kadang tidak terhindarkan. Apalagi di tahun-tahun pandemi yang berat. Kita atau keluarga kita bisa jadi masih merasakan dampak dari pandemi yang merongrong keadaan ekonomi keluarga kita. Keuangan usaha keluarga bisa saja membuat kita menarik napas berat. Pemutusan hubungan kerja bisa saja menimpa orang-orang yang kita kasihi. Wajah lesu terlihat di sekitar kita. Dapatkah kita merasakan penyertaan Tuhan di situasi seberat ini? Pasti tidak mudah bagi kita. Kita tak perlu menyangkal perasaan pilu dan kekhawatiran kita. Sebaliknya, kita perlu datang kepada Tuhan, membawa semua perasaan letih, lesu, beban berat dan kekhawatiran kita. Ia akan memberi kita kelegaan. Dengan cara-Nya yang ajaib, Tuhan mampu menolong kita. Ia, Allah Sang Pemelihara, bahkan di situasi yang pelik sekalipun.

DOA:
Tuhan, Engkau tahu perjalanan kami tak selalu mudah. Keuangan kami tak selalu melimpah. Bahkan ada masa-masa yang membuat kami lesu dan khawatir. Namun, kami mau belajar percaya penuh pada pemeliharaan Tuhan. Amin.