Mazmur 142

Aku mencurahkan keluhanku ke hadapan-Nya, kesesakanku kuberitahukan ke hadapan-Nya.
(Mazmur 142:3)

Seorang pelukis ternama berniat menciptakan rekor terbaru dengan membuat sebuah lukisan terbesar yang dilukisnya di tepian jurang yang sangat curam. “Berdirikan kanvasnya! Aku ingin melihat mahakaryaku yang indah ini,” ujar sang pelukis kepada asistennya sambil berjalan mundur beberapa langkah. Saking asyiknya, sang pelukis tidak menyadari bahwa dua langkah mundur lagi, ia akan terperosok ke jurang yang dalam itu. Si asisten yang menyadari bahaya itu segera bertindak cepat dengan merobek lukisan tuannya. Melihat hal itu, sang pelukis berlari maju dan menghardik si asisten, “Kau memang bodoh! Aku menyelesaikan lukisan ini dengan keringat dan air mata dan kau merusaknya begitu saja?” Si asisten menjawab dengan gemetar, “Tuan, aku baru saja menyelamatkan nyawamu. Tuan hanya dua langkah jauhnya dari tepi jurang.”

Kisah di atas hendak mengatakan bahwa tidak selamanya peristiwa yang menyedihkan di mata kita selalu mendatangkan keburukan. Daud berhasil menemukan makna rohani di balik pengalaman buruk yang ia alami. Mazmur 142 berisi doa yang dinaikkan Daud ketika ia bersembunyi di dalam gua. Keterangan lokasi “gua” di sini amat penting. Gua adalah lambang dari tempat persembunyian, tempat orang menemukan keheningan dan keteduhan dari hiruk pikuk suasana keseharian. Di dalam gua itu Daud mengeluh tentang kesesakan yang ditimbulkan oleh musuhnya (ay. 3). Di sana pula ia menyadari bahwa Tuhan mengetahui jalan hidupnya (ay. 4), bahkan di saat ia lemah dan ditinggalkan untuk berjuang seorang diri (ay. 5). Dari kegelapan itu ia mendapatkan keteguhan iman bahwa Tuhan akan membebaskannya dari dalam “penjara” (ay. 8).

Teens , seperti Daud yang mencari tempat persembunyian dalam kepenatannya, apakah kamu juga rindu berjumpa dengan Tuhan di tempat persembunyianmu barang sejenak untuk menemukan keteduhan dan kekuatan yang baru di dalam-Nya?