Roma 13:1-7

Sebab itu perlu kita menaklukkan diri, bukan saja oleh karena kemurkaan Allah, tetapi juga oleh karena suara hati kita.
(Rm. 13:5)

Pernahkah kita berpikir betapa enaknya jika ada alarm yang bisa berbunyi nyaring tepat sebelum kita melakukan sebuah kesalahan atau dosa? Saat berniat mencuri tiba-tiba terdengar suara yang melarang niat itu. Saat ada keinginan untuk melampiaskan amarah dan emosi, ada suara yang mengingatkan kita untuk “sabar, sabar, sabar”. Pertanyaannya, apakah suara pengingat yang demikian itu ada? Jawabannya: Ada! Suara pengingat itu dinamakan hati nurani. Hati nurani bagaikan panggilan dan bisikan dari Allah yang berkuasa atas diri kita. Melalui hati nurani kita dibimbing untuk memiliki sikap dan perasaan yang baik dan tepat.

Pentingnya hati nurani mendapat perhatian khusus dari Rasul Paulus. Dalam Surat Roma pasal 13 ini, Paulus mengingatkan untuk mendengar dan patuh pada hati nurani sebagaimana kita patuh kepada Tuhan. Hati nurani yang Paulus maksudkan di sini tentu yang bersumber dari Tuhan melalui kebenaran firman-Nya. Hati nurani yang demikian selalu mengarahkan kita pada apa yang benar, baik, tepat guna, dan berdampak positif bagi kehidupan yang telah Tuhan anugerahkan.

Youth, kita berharap kehidupan kita senantiasa damai dan tenang. Harapan itu hanya akan menjadi mimpi saja kalau kita tidak pernah memakai hati nurani yang selalu terarah pada Tuhan; kita hanya memikirkan diri sendiri, tak peduli salah atau benar; kita mencari kenyamanan sendiri, tak peduli hal itu merugikan orang lain. Mari terus merawat dan mengasah hati nurani kita untuk menuntun perbuatan, pikiran, dan ucapan kita.

1. Apa yang dimaksud dengan menaklukkan diri pada
ketetapan Allah?
2. Bagaimana caranya mempertajam hati nurani kita yang tumpul?

Pokok Doa: Mengasah hati nurani agar sesuai kehendak Tuhan.