Mazmur 103:8-13

Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita ….
(Mzm. 103:10)

Siklus balas dendam bisa menjadi suatu momok tersendiri dalam sebuah kehidupan bersama. Lazimnya, terasa aneh jika kita tidak membalaskejahatan dan keburukan yang diperbuat orang lain dengan tindakan yang setimpal. Tidak adil rasanya kalau kita membiarkan emosi dan amarah kita tidak terlampiaskan pada mereka yang menyakiti kita. Ungkapan lama “Mata ganti mata, gigi ganti gigi” harus ditegakkan dan dijalankan, agar dendam dan rasa sakit kita terpuaskan!

Pengalaman sang pemazmur dalam perikop hari ini sangat berbeda dari fenomena saling membalas dendam. Pemazmur merasakan pembebasan dari belenggu dendam karena pengalamannya bersama Tuhan. Kata pemazmur, Tuhan adalah pengasih dan penyayang, serta panjang sabar. Atas hal itu, segala pelanggaran manusia tidak dibalaskan setimpal dengan dosa-dosanya. Di sini pemazmur memperlihatkan Tuhan yang bukan pemendam dan pendendam. Andaikan Tuhan bersifat pemendam dan pendendam, tentu kita selalu berada dalam bayang-bayang kebinasaan karena murka-Nya. Apa yang dilakukan Tuhan menjadi contoh bagi pemazmur untuk tidak menjadi pribadi yang memendam dan mendendam terhadap kesalahan orang lain.

Youth, menjadi pemendam dan pendendam atas kesalahan orang lain akan menjadi sebuah belenggu yang mengikat dan menyiksa diri kita. Perbuatan Tuhan melepaskan belenggu dendam itu dilakukan-Nya dengan mencurahkan kasih dan pengampunan-Nya pada kita yang sering berbuat dosa dan menyakiti hati-Nya. Mari kita belajar untuk membalas kejahatan dan kesalahan orang lain dengan kebaikan dan kebenaran. Ingat, mengampuni justru menjadi jalan yang terbaik agar kita mendapatkan kelegaan dan kebahagiaan.

1. Bagaimana penghayatan pemazmur lainnya tentang Allah
dalam perikop hari ini?
2. Apa yang bisa dilakukan agar kita tidak menjadi pribadi
yang pendendam?

Pokok Doa: Tidak menjadi pribadi yang pendendam.