Hosea 6:1-6

Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran.
(Hosea 6:6)

Dengan rela hati, seorang pemudi memaafkan kekasihnya yang telah melukai hatinya. Si pemuda berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya yang salah dan akan menjaga perasaan kekasihnya itu dengan lebih baik. Namun, tidak berselang lama, pemuda itu ternyata kembali melakukan kesalahan yang sama. Rupanya, permintaan maafnya beberapa waktu sebelumnya tidak benar-benar keluar dari hatinya yang paling dalam. Sang pemuda hanya obral janji. Namun, dalam kenyataannya ia tidak sungguh-sungguh berubah.

Nabi Hosea memperingatkan orang-orang Israel dan Yehuda yang melakukan dosa dengan berpaling kepada ilah-ilah lain. Mereka juga lebih mengandalkan kekuatan militer bangsa lain daripada mengandalkan Tuhan. Ketika umat Tuhan makin terdesak oleh kekuatan bangsa Asyur, mereka sempat kembali kepada Tuhan untuk meminta pertolongan. Namun, sikap mereka tampaknya tidak disertai dengan pertobatan yang sungguh-sungguh. Banyak di antara umat yang terus menyembah dan mempersembahkan korban kepada dewa Kanaan. Tuhan menyebut kasih setia Israel dan Yehuda seperti “kabut pagi” dan seperti “embun yang hilang pagi-pagi benar”.

Youth, Allah kita adalah Sang Pemurah yang memberi pengampunan dengan limpahnya. Namun, Ia bukanlah Allah yang dapat kita permainkan. Ia sungguh-sungguh menyelidiki hati kita yang terdalam. Untuk itu, pertobatan perlu kita maknai dalam kesungguhan. Memang, saat kita bersungguh-sungguh ingin berubah, bukan berarti kita tidak bisa jatuh lagi. Namun, saat itu terjadi Tuhan yang mengenal hati kita akan menolong dan meneguhkan kita kembali.

1. Mengapa Tuhan merasa kecewa terhadap umat-Nya?
2. Apa kekeliruan yang ingin kamu akui di hadapan Tuhan?

Pokok Doa: Pertobatan yang sungguh.