2 Raja-raja 4: 8-17, 32-37

Berkatalah Elisa, “Pada waktu seperti ini juga, tahun depan, engkau akan mendekap seorang anak laki-laki.” Tetapi, jawab perempuan itu, “Janganlah Tuanku, ya Abdi Allah, janganlah berdusta kepada hambamu ini!”

(2 Raj. 4:16)

 

 

 

Pernahkah kamu menerima ajakan ngopi dari orang yang kamu tidak kenal? Biasanya ajakan untuk pergi, makan ataupun ngumpul datang dari orang yang dikenal. Rasanya sulit menerima ajakan dari orang asing atau yang tak sefrekuensi. Bahkan kita cenderung untuk menghindari orang asing. Singkatnya, keramahan atau hospitalitas itu cenderung dibatasi. Kisah perempuan Sunem menegaskan sebuah sikap terhadap orang asing. Perempuan

 

itu belum tahu siapa Elisa sebenarnya, tetapi perempuan Sunem itu tetap memberikan jamuan terbaik setiap kali Elisa berkunjung ke daerahnya. Karena hospitalitas perempuan Sunem itu, Elisa ingin memberikan balasan atas kebaikannya. Ketika ditawarkan hal tentang kekuasaan dan keamanan, perempuan Sunem itu menolak. Ia hanya ingin tinggal di tengah-tengah kaumnya. Elisa pun memberikan lebih dari yang diminta olehnya, yakni akan lahir seorang anak bagi keluarga perempuan itu. Saat perempuan itu mendengar perkataan Elisa, ia ragu. Ia takut terluka jika hal itu tidak terjadi. Namun, Allah berkenan kepada perkataan Elisa tersebut sehingga nyatalah perkataan Elisa kepada perempuan Sunem itu. Berkat ini adalah balasan dari kebaikan dan hospitalitas perempuan Sunem itu.

 

Youth, hospitalitas memang penuh dengan risiko. Kadang ada kecurigaan dan prasangka negatif saat seseorang melakukan kebaikan kepada orang asing. Percayalah ada berkat atas hospitalitas kita. Ada banyak cara Tuhan mengasihi setiap anak-Nya yang selalu mau menerima dan terbuka terhadap sang asing. Mari berhospitalitas kepada siapa saja, bahkan bagi orang asing sekalipun.

 

1 . Apa yang membuat perempuan Sunem menjamu Elisa?

2 . Apa kendala dalam menunjukkan hospitalitas kepada orang lain?

 

 

Pokok Doa:     Hati yang penuh keterbukaan kepada yang lain.