Amsal 30: 1-9

Semua firman Allah itu murni. Ia adalah perisai bagi orang yang berlindung pada-Nya.

(Ams. 30:5)

 

 

 

“I know that I know nothing.” Kalimat ini diucapkan oleh seorang filsuf yang sudah tidak asing lagi di telinga, yaitu Socrates. Pernyataan tersebut memberikan sebuah kesadaran untuk mengakui ada begitu banyak hal yang tidak kita ketahui. Di saat segala ketidaktahuan dianggap sebagai sesuatu yang tidak populer, Socrates memberikan sudut pandang lain. Justru kesadaran akan ketidaktahuanlah yang pada akhirnya menuntun seseorang untuk terus terbuka dan mau belajar dengan rendah hati.

 

Bacaan kali ini dibuka dengan sebuah pengakuan dari seorang bernama Agur bin Yake tentang dirinya yang penuh keterbatasan dalam memahami Allah. Beragam pertanyaan tentang siapa yang naik ke surga lalu turun, siapa yang mengumpulkan angin dalam genggaman, siapa yang menetapkan segala ujung bumi, merupakan sebuah refleksi iman tentang kebesaran Allah. Lantas, dengan rendah hati Agur bin Yake mengakui: “Engkau tentu tahu”. Pernyataan tersebut menegaskan bahwa manusia penuh dengan keterbatasan, sedangkan Allah tak terbatas. Sebagai manusia yang terbatas maka sudah selayaknya manusia senantiasa berlindung kepada Allah saja. Sebab melalui pengetahuan-Nya sajalah manusia dimampukan untuk belajar mengerti tentang kehidupan ini.

 

Youth, mengakui keterbatasan diri di hadapan Allah adalah bentuk dari kerendahan hati. Kesadaran akan keterbatasan diri akan menjadikan diri sebagai pribadi yang selalu bersandar dan berlindung pada-Nya. Mungkin saat ini ada begitu banyak pertanyaan dalam hidup yang tak mudah dipahami. Namun, ingatlah perkataan dalam bacaan hari ini: “Engkau tentu tahu”. Kesadaran inilah yang menolong kita untuk tetap berjalan dalam hikmat Tuhan.

 

1 . Mengapa pengamsal mengatakan: “Engkau tentu tahu”?

2 . Bagaimana saudara menghadapi berbagai keterbatasan dalam diri saudara?

 

 

Pokok Doa:     Menjadi pribadi yang selalu mengandalkan hikmat dari Tuhan.