Jika aku harus bermegah, aku akan bermegah atas kelemahanku.

(2 Korintus 11:30)

Didi dan Kiki bercakap- cakap saat istirahat seko- lah. “Di, kamu dikenal se- bagai anak yang cerdas, ketua kelas, punya keluarga yang bahagia. Bangga eng- gak, Di, dengan semua yang kamu punya?” tanya Kiki. “Ya, Ki, pastinya ada rasa bangga. Namun, yang lebih utama aku selalu bersyukur kepada Tuhan. Semua itu adalah anugerah Tuhan,” jawab Didi kepada Kiki.

Adik-adik, bangga dengan kemampuan dan bakat adalah hal yang wajar. Paulus pun punya sejumlah daftar kebanggaan yang ia miliki. Namun, Paulus memilih untuk bangga dan bermegah atas kelemahannya. Mari kita membaca 2 Korintus 11:21-30! Paulus tidak mau menyombongkan diri. Ia fokus untuk memuliakan Tuhan dalam kelemahannya. Ketika ia dicambuk, dilempari batu, lapar dan haus, bahkan hampir mati karena tugas pekabaran Injil, Paulus justru memuji dan memuliakan Tuhan.

Adik-adik, apakah kalian pernah merasa bangga menjadi anak-anak Tuhan? Marilah seperti Paulus yang bangga karena ia hidup untuk memuliakan Tuhan. Namun, ingatlah untuk tidak jatuh pada kesombongan!

Doa:    Bapa di Surga, kiranya seluruh hidupku memuliakan-Mu, baik pikiran, perkataan

            maupun perbuatanku. Dalam nama Tuhan Yesus aku berdoa. Amin.