Daniel 2 : 24-49

Tetapi, di surga ada Allah yang menyingkapkan rahasia-rahasia.

(Dan. 2:28)

 

 

 

Kita tidak selalu bermimpi saat tidur, tetapi jika kita bermimpi, kita juga tidak selalu dapat mengingat isi mimpi kita. Ada mimpi yang tanpa sengaja dapat kita ingat dengan baik, bahkan ada mimpi yang mempengaruhi kondisi mental kita, entah membuat kita gembira atau gelisah, senang atau sedih. Dalam bukunya, Interpretation of Dream, Freud menjelaskan bahwa mimpi merupakan jembatan antara dunia eksternal dengan perasaan, kesan maupun keinginan terpendam. Dalam perspektif psikoanalisis, tafsir atas mimpi diperlukan untuk mengetahui kondisi mental seseorang.

 

 

Daniel 2:24-49 mengisahkan tentang Raja Nebukadnezar yang begitu gelisah karena mimpinya. Keingintahuannya yang besar akan arti mimpinya membuat dia bertindak konyol dengan memerintahkan membunuh orang- orang bijaksana di Babel jika mereka tidak bisa mengartikan mimpinya. Hanya karena mimpi, hampir terjadi pembunuhan massal. Peristiwa ini dipakai oleh Allah untuk menunjukkan kemahakuasaan-Nya. Melalui Daniel, penduduk negeri yang dijajah oleh Nebukadnezar, Allah memperlihatkan kuasa dan kendalinya akan masa depan. Ketidaktahuan Nebukadnezar akan arti mimpinya menunjukkan bahwa dia adalah manusia biasa yang memiliki keterbatasan.

 

 

Youth, meskipun Raja Nebukadnezar memiliki kuasa yang besar, ia tetap berada dalam kendali dan kuasa Allah. Hanya dengan mimpi yang diberikan dalam tidurnya, kekuasaan yang dia miliki tidak lagi berarti. Demikian juga dengan kita, ada banyak hal yang terjadi saat ini yang tidak kita pahami maknanya. Marilah kita mempercayakan hidup dan masa depan kepada Allah yang berkuasa.

 

 

1. Mimpi apakah yang kemudian menggelisahkan Raja Nebukadnezar?
2. Apa yang kita khawatirkan perihal masa depan?

 

Pokok Doa: Kendali dan kuasa Allah atas masa depan.