Markus 5:21-43

Sebab, katanya, “Asal kusentuh saja jubah-Nya, aku akan sembuh.”

(Markus 5:28)

Seorang pemilik bengkel kedatangan pelanggan. Namun, orang ini berkata bahwa ia tidak punya uang, sedangkan motor yang ia pakai untuk bekerja sedang rusak. Pemilik bengkel ini tergerak hatinya untuk membantu memperbaiki motor orang itu tanpa biaya apa pun. Namun selagi bekerja, pelanggan ini kemudian mulai mengomel. Katanya cara pemilik bengkel ini keliru, dan berusaha mengarahkan agar motornya diperbaiki dengan caranya sendiri. Pemilik bengkel pun kesal: “Minta ditolong, tetapi kok malah mau mengatur!”

Ilustrasi di atas menggambarkan karakter manusia saat memohon kepada Tuhan. Saat kita merasa doa kita tak kunjung dijawab, atau jawabannya tidak sesuai dengan keinginan kita, kita protes pada Tuhan. Kita berusaha mengatur bagaimana cara Tuhan menjawab doa kita. Mari kita belajar pada dua sosok yang mengalami perjumpaan dan mukjizat dari Tuhan Yesus. Yang pertama Yairus, seorang kepala rumah ibadah yang terhormat. Pada saat ia menjumpai Yesus, ia dengan segera sujud dan memohon. Bahkan, saat ia dengar bahwa anaknya sudah mati, Yairus tetap menurut pada perkataan Tuhan Yesus. Sosok yang kedua adalah seorang perempuan yang sakit pendarahan selama 12 tahun. Pada zaman itu, ada pemahaman bahwa darah membuat seseorang menjadi najis. Karena itu, bisa kita bayangkan betapa sulitnya kehidupan ibu ini sehari-hari. Mungkin ia juga merasa minder, tidak layak untuk berhadapan dengan Yesus. Maka, ibu ini percaya bahwa dengan menyentuh jubah-Nya saja, ia pasti sembuh! Ia tidak meminta mukjizat yang “wah”, melalui hal yang sederhana pun sudah cukup untuk menjawab doanya.

Teens, kita boleh meminta apa pun dalam doa kepada Tuhan. Pernahkah kita berusaha untuk mengatur jawaban Tuhan? Kiranya permohonan kita juga diiringi dengan kemauan untuk merendahkan hati akan kehendak-Nya karena Ia lebih tahu yang terbaik bagi kita