Yohanes 13:1-17

“Sebab, Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.”

(Yohanes 13:15)

“Tanpa unsur pelayanan, unsur-unsur kepemimpinan yang lain hanya akan membuat seseorang menjadi “pemimpin yang terampil” (a skilled leader), seorang “pemimpin yang mumpuni” (a capable leader), tetapi belum bisa memberinya kualifikasi sebagai seorang “pemimpin yang sejati” (a true leader)”. Itulah pandangan Eka Darmaputera, seorang teolog Indonesia mengenai sosok pemimpin yang Alkitabiah. Menurutnya, pemimpin sejati mesti punya sikap mental seorang pelayan dan motivasi seorang abdi. Unsur pelayanan memberikan dampak yang besar terhadap kepemimpinan seseorang. Itulah konsep kepemimpinan yang melayani (servant leadership).

Pada perjamuan malam terakhir, Tuhan Yesus pun menunjukkan teladan tentang sikap melayani. Sebagai seorang pemimpin, yakni Guru dan Tuhan, sebenarnya bukan menjadi tugas-Nya untuk membasuh kaki para murid. Namun demikian, aksi pelayanan ini Yesus lakukan tanpa menghiraukan status-Nya tersebut. Apa yang Yesus lakukan ini membuat para murid terkesima sekaligus heran sebab tak lazim bagi seorang guru membasuh kaki muridnya. Membasuh kaki dianggap sebagai sesuatu yang hina. Itu tugas seorang hamba, pelayan, atau doulos. Namun demikian, Tuhan Yesus menunjukkan bahwa bukti kasih terbesar bukanlah dari orasi atau pidato yang hebat, melainkan tecermin melalui sebuah pelayanan.

Teens, banyak aspek kepemimpinan yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang pemimpin yang baik. Namun demikian, jangan lupakan bahwa ada satu aspek yang tidak boleh absen saat kamu memimpin, yaitu aspek pelayanan. Aspek ini bukan sekadar pelengkap, melainkan justru menjiwai setiap aksi dalam kepemimpinan yang kamu lakukan. Dengan jiwa pelayanan, kamu bisa melakukan setiap program kerja ataupun tindakanmu dengan orientasi yang baik dan benar, yaitu untuk memuliakan Tuhan dan menjadi berkat bagi sesama dengan meneladani Tuhan Yesus, Sang Guru dan Tuhan kita.