1 Korintus 1:10-17

“Aku dari golongan Paulus,” atau “Aku dari golongan Apolos,” atau “Aku dari golongan Kefas,” atau “Aku dari golongan Kristus.”

(1 Korintus 1:12)

Seorang psikoterapis bernama Rollo May mengidentifikasi dan menjelaskan adanya lima sifat kekuasaan, yakni: ekploitatif, manipulatif, kompetitif, nutritif, dan integratif. Dari kelima sifat kekuasaan tersebut, sifat kompetitiflah yang sangat khas menyangkut perlawanan terhadap orang lain. Meskipun sifat kompetitif memiliki wajah ganda, yaitu positif dan negatif, tidak jarang sifat ini menimbulkan sikap favoritisme yang berujung kepada perpecahan komunitas.

Kota Korintus adalah kota yang besar dengan tingkat ekonomi yang tinggi. Namun demikian, kota ini memiliki tantangan besar mengenai moralitas dan juga favoritisme. Jemaat Korintus sering kali membanding-bandingkan para penginjil yang melayani di sana. Karena itu, melalui suratnya yang pertama, Paulus menegaskan soal kesatuan di dalam Kristus. Jemaat diminta untuk tidak mengidolakan salah seorang pemimpin atau pelayan di Kota Korintus, sebaliknya mereka diminta untuk sehati sepikir dan erat bersatu. Paulus ingin menegaskan bahwa semua pelayan dan pemimpin tersebut memiliki peran yang penting dalam kehidupan jemaat. Di atas semuanya itu, Paulus menegaskan bahwa persatuanlah yang utama.

Teens, wasapadalah terhadap jebakan favoritisme. Menjadi idola seseorang, apalagi idola banyak orang, memang menyenangkan. Namun, kamu perlu menyadari bahwa seorang pemimpin yang baik tidak akan mencari puji-pujian ataupun pengakuan dari anggotanya. Sebaliknya, ia selalu rendah hati dalam melakukan tugasnya. Kamu perlu tetap waspada karena favoritisme akan selalu membawa komunitas kepada perpecahan. Jika para pemimpin saling berkompetisi untuk menjatuhkan satu sama lain demi mendapatkan perhatian dari anggotanya, perpecahan hanya tinggal menunggu waktu. Jangan terbuai dengan favoritisme agar komunitasmu tetap bertumbuh dengan baik dan sehat.