Matius 23:1-7

Semua perbuatan yang mereka lakukan hanya dimaksudkan untuk dilihat orang. Mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang.

(Matius 23:5)

Andi adalah seorang remaja yang aktif bermedia sosial. Andi mulai dengan mengunggah foto-foto dirinya mengenakan pakaian bermerek, jam tangan mahal, dan sepatu rancangan desainer. Dia juga sering membagikan foto-foto restoran mewah yang dikunjunginya. Setiap kali dia mengunggah sesuatu yang menunjukkan kemewahan, jumlah likes dan komentar pujian di akun media sosialnya meningkat, membuat Andi merasa semakin populer. Suatu hari, Andi mengunggah foto dari sebuah pesta mewah yang sebenarnya tidak dia hadiri. Seorang temannya yang hadir di pesta tersebut mengungkapkan kebenarannya di kolom komentar. Orang-orang pun merasa ditipu dan menyadari bahwa dia hanya ingin pamer tetapi tidak jujur tentang kehidupannya. Reputasi Andi di media sosial hancur dan dia merasa sangat malu.

Perbuatan pamer tidak hanya dapat dilakukan orang dengan hartanya, tetapi juga melalui kesalehan. Bacaan hari ini menceritakan Yesus mengkritik ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Mereka mengajarkan hukum Taurat tetapi tidak melakukannya dalam kehidupan mereka. Mereka tampil saleh di depan umum, tetapi tindakan mereka tidak sesuai dengan ajaran mereka. Ini adalah kritik terhadap kepura-puraan dan kemunafikan dalam agama. Mereka memamerkan kesalehan hanya untuk dipandang religius dan suci. Padahal, kenyataannya semua itu bohong.

Teens, kisah tentang Andi menunjukkan bahwa flexing atau pamer kekayaan dapat memberikan pengakuan sementara, tetapi tidak memberikan kebahagiaan sejati serta dapat merusak hubungan dan integritas pribadi. Firman Tuhan hari ini mengajarkan pentingnya dan berharganya hidup yang penuh dengan nilai-nilai kejujuran, kesederhanaan, dan hubungan yang tulus daripada sekadar penampilan luar yang sok saleh dan suci. Janganlah gemar memamerkan sesuatu, apalagi dengan kebohongan. Flexing itu tidak bermakna dan bisa menjatuhkan kita.