Yehezkiel 1:26-2:1

… Tatkala melihatnya sujudlah aku, lalu kudengar suara Dia yang berfirman.

(Yehezkiel 1:28)

 

 

 

Dalam bukunya, Ragawidya, Romo Mangun mengatakan bahwa jiwa yang mengakui dirinya rendah (dina), dengan jujur akan mengecilkan tubuh jasmaninya juga. Karena itulah, seseorang menundukkan kepala di hadapan atasan karena sadar bahwa dirinya adalah bawahan, lebih rendah. Dan bila yang kita hadapi jauh lebih agung lagi, terhormat, maka dengan sendirinya kita akan memperkecil diri lagi. Tubuh menjatuhkan diri pada lutut;

 

kita duduk, lalu bersujud. Selayaknya, di hadapan Tuhan Allah kita bersikap: “Sampai di debu, ya Tuhan, jiwa-jiwa kami bersujud.”

 

Yehezkiel adalah salah satu tawanan yang dibuang ke Babel bersama ribuan penduduk Yerusalem lainnya (2 Raj. 24:14). Ketika berada dalam pembuangan di Babel, Yehezkiel mendapat penglihatan tentang kemuliaan Allah (Yehezkiel 1:1). Ia melihat sesuatu yang menyerupai rupa manusia, dikelilingi oleh sinar seperti busur pelangi. Kemuliaan Allah yang dinyatakan kepada Yehezkiel di tanah pembuangan mengingatkan bahwa Allah Yang Mahamulia tidak terbatas hadir di Bait Suci Yerusalem, tetapi juga di tanah asing, Babel. Allah Yang Mahamulia mau menyatakan diri kepada umat-Nya di mana pun umat-Nya berada. Yehezkiel pun tunduk dalam hormat dan sujud, merendahkan diri di hadapan TUHAN.

 

Youth, tantangan kita di masa ini adalah menjadi pribadi yang menginspirasi tanpa menjadi tinggi hati; memiliki kelebihan tanpa merendahkan orang lain. Jika jiwa kita sulit meninggalkan rasa angkuh dan sombong, mungkin tubuh kita yang perlahan-lahan dapat mengajarkannya: berlutut, duduk, dan sujud di hadapan Tuhan.

 

 

1. Apa yang membuat Yehezkiel bersujud?
2. Bagaimana kamu melatih diri untuk dapat rendah hati?

 

 

Pokok Doa: Mohon Tuhan memberi kerendahan hati.