Pengkhotbah 6:1-6

Seandainya ia hidup dua kali seribu tahun, kalau ia tidak menikmati kesenangan, bukankah akhirnya segala sesuatu menuju satu tempat?

(Pengkhotbah 6:6)

Karoshi adalah istilah dalam bahasa Jepang yang berarti “kematian karena kerja berlebihan.” Istilah ini muncul pada tahun 1970-an, menggambarkan fenomena kematian akibat kerja yang sangat berat, seperti stres kronis, kelelahan ekstrem, bahkan bunuh diri. Meskipun mendapatkan penghasilan lebih banyak, para korban karoshi tidak bisa menikmatinya. Fenomena ini mendorong pemerintah Jepang dan berbagai perusahaan untuk mengambil langkah-langkah, seperti membatasi jam kerja, mendorong keseimbangan antara kerja dan kehidupan pribadi (work-life balance), sekaligus mengkampanyekan pentingnya kesehatan mental dan fisik bagi pekerja agar mereka dapat tetap menikmati kehidupannya.

Pengkhotbah juga berbicara tentang hilangnya kesempatan dalam menikmati kesenangan dalam hidup. Ia mengungkapkan salah satu ironi kehidupan, yaitu orang yang memiliki kekayaan, kehormatan, atau segala hal yang diinginkan manusia, tetapi tidak dapat menikmatinya. Bagi Pengkhotbah, hal tersebut adalah kemalangan besar yang terjadi di bawah matahari. Kekayaan atau umur panjang menjadi sia-sia jika seseorang tidak dapat menikmati hidup. Pengkhotbah menyiratkan pentingnya menikmati hasil pekerjaan dan berkat yang diberikan oleh Allah. Tanpa bisa menikmati kesenangan, semua jerih payah yang dilakukan menjadi tak berguna karena pada akhirnya semua orang akan mati.

Youth, menikmati hidup bukan berarti bersikap hedonistik, melainkan wujud syukur atas berkat dan pemeliharaan Tuhan. Jangan sampai kita hanya sibuk mengumpulkan harta, tetapi tidak menghayati kasih Tuhan di dalamnya. Nikmatilah kesenangan dari berkat-Nya secara terukur dan bertanggung jawab. (EDP)

1. Apa yang dimaksud dengan kemalangan besar menurut Pengkhotbah?
2. Bagaimana caramu menikmati kesenangan secara bertanggung jawab?

Pokok Doa: Bersyukur atas berkat dan pemeliharaan Tuhan dalam hidup.