Yehezkiel 45:1-9

… Cukup sudah, hai raja-raja Israel, jauhkanlah kekerasan dan penindasan, tetapi lakukanlah keadilan dan kebenaran.

Berhentilah merampas tanah milik umat-Ku, demikianlah firman Tuhan ALLAH.

(Yehezkiel 45:9)

 

 

 

Konflik agraria merupakan salah satu penyebab ketidakadilan, di mana masyarakat kehilangan hak atas tanah yang seharusnya menjadi sumber kehidupan mereka. Pada Agustus 2024, Sorbatua Siallagan, Ketua Komunitas Adat Ompu Umba Siallagan, divonis dua tahun penjara dan didenda Rp 1 miliar oleh Pengadilan Negeri Simalungun, Sumatra Utara, atas tuduhan perusakan dan penguasaan lahan. Padahal, Sorbatua hanya menduduki tanah adat Ompu Umba Siallagan yang sudah ditempati selama 11 generasi. Mirisnya, majelis hakim menolak klaim tanah ulayat yang diajukan Sorbatua berdasarkan keterangan resmi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

 

Yehezkiel mendapat petunjuk dari Tuhan untuk membagi tanah di Kanaan bagi setiap suku yang baru pulang dari pembuangan. Pembagian tanah itu mencakup pula sebuah tanah kudus yang luas. Separuh dari tanah itu meliputi Bait Suci dan rumah-rumah para imam, sementara separuh lainnya merupakan kota-kota untuk kaum Lewi. Raja Israel menerima bagian tanah yang cukup besar agar ia tidak menjadi serakah dan merampas tanah milik umat Israel. Raja harus bertindak adil dan benar, serta menjauhkan diri dari tindak kekerasan maupun penindasan terhadap rakyatnya.

 

Youth, menjadi orang yang memiliki kekuasaan tidak berarti berhak menindas dan melakukan kekerasan kepada orang-orang yang berada di bawah kekuasaannya. Kekuasaan yang dimiliki justru menunjukkan tanggung jawab untuk mengupayakan keadilan, termasuk keadilan atas tanah sebagai sumber kehidupan. Dengan kesadaran tentang pentingnya keadilan agraria, semoga kita dapat ikut menyuarakan keadilan.

 

 

1. Apa tujuan pembagian tanah yang luas bagi raja Israel?
2. Apa yang bisa kamu lakukan bagi mereka yang mengalami ketidakadilan?

 

Pokok Doa: Terwujudnya keadilan agraria.