
SAAT NAPAS BERHENTI
Mazmur 146

Apabila napasnya berhenti, ia kembali ke tanah; pada hari itu juga lenyaplah segala rencananya.
(Mazmur 146:4)
Michael adalah seorang pengusaha ternama yang membangun kerajaan bisnisnya dari nol. Ia bekerja keras mencapai puncak kesuksesan. Kekayaan, ketenaran, dan kekuasaan telah dicapainya. Namun, Michael menyimpan kekhawatiran mendalam. Kesehatannya mulai menurun, usianya tak lagi muda, dan ia menyadari bahwa semua yang ia kumpulkan selama ini tidak dapat menjamin masa depannya. Bahkan, tidak dapat ia bawa mati. “Siapakah yang akan meneruskan usahaku? Akankah kekayaanku menemaniku pada akhir hayatku?” gumamnya dalam hati. Kegelisahan Michael mencerminkan realitas hidup yang sering kita lupakan, yaitu kefanaan manusia.
Seperti kata pemazmur, hidup di dunia ini memang sementara. Segala pencapaian, kekuasaan, dan harta benda yang kita kumpulkan akan sirna saat ajal menjemput. Seperti embun pagi yang cepat hilang diterpa sinar matahari, demikian pula kehidupan manusia di dunia. Pesan ini bukanlah untuk menakut-nakuti, tetapi untuk mengingatkan kita akan kenyataan, supaya kita tidak menaruh harapan pada hal-hal yang fana.
Mengetahui kefanaan hidup mendorong kita untuk lebih bijaksana. Maka, mari kita investasikan hidup dengan membangun hubungan yang akrab dengan Allah dan mengasihi sesama. Setiap hari adalah kesempatan untuk menghidupi teladan Kristus dengan menjadi jalan berkat bagi sesama. Dengan demikian, meskipun raga kita akan kembali menjadi debu, warisan iman dan kasih kita akan tetap hidup dan berbuah.
REFLEKSI:
Apa yang akan aku tinggalkan saat napas hidupku kelak berhenti?
Ams. 22:2-16; Mzm. 146; 2 Kor. 8:8-15
Pengganti ongkos cetak dan biaya pengiriman:
Rp. 70.000,-/tahun
Rp. 8.000,-/eksemplar
Pembayaran melalui:
Bank Mandiri - Jakarta, Kelapa Dua
A/C No. 165 0000 558743
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Marketing
BCA Bidakara
A/C No. 450 558 9999
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Persembahan Kasih melalui:
BCA Bidakara
A/C No. 450 305 2990
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama