1 Korintus 1:18-31

… “Siapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan.”

(1 Korintus 1:31)

 

 

 

Evander Holyfield adalah petinju kelas berat. Sekalipun namanya tidak sebesar Mike Tyson, yang mendapat julukan “Leher Beton”, namun dialah yang berhasil mengalahkan Mike Tyson sebanyak dua kali. Padahal, kala itu, banyak orang pesimis dan ragu. Bagaimanapun, Mike Tyson jauh lebih diunggulkan, mengingat ia dikenal sebagai petinju yang ganas dan mematikan. Apa yang membuat Holyfield bisa mengalahkan Mike Tyson? Tentu, latihan disiplin dan keras, namun saat diwawancarai mengenai kemenangannya, dia percaya bahwa Tuhan menjadi kekuatannya. Karena itu, dia menyematkan “Filipi 4:13” di kostumnya.

 

Bagi Paulus, menghadapi orang-orang di Korintus yang sombong memerlukan metode khusus. Kesombongan yang meninggikan pemikiran- pemikiran sendiri adalah awal dari malapetaka. Mereka yang menganggap bahwa pemberitaan Injil adalah kebodohan pada akhirnya akan terdiam. Mengapa bisa demikian? Bagi Paulus, hikmat mereka tidak ada apa- apanya dibandingkan dengan hikmat Allah. Jika mereka berangkat dari ketidaktahuan (kebodohan) lalu mencari dan mendapatkan pengetahuan (hikmat), maka Allah bisa membaliknya. Hikmat manusia bagi Allah juga sebuah kebodohan, bahkan tidak berarti, dibandingkan dengan Yesus. Dengan istilah lain, di atas langit masih ada langit, di atas hikmat manusia masih ada hikmat Tuhan. Maka, janganlah memegahkan diri.

 

Youth, bersyukurlah apabila kamu diberkati dan diberikan banyak talenta serta kepandaian. Namun, janganlah sekalipun merasa bahwa kamu layak mendapatkannya karena semua itu datang dari Tuhan. Maka, jika ingin bermegah, bermegahlah di dalam Tuhan.

 

 

1. Mengapa jemaat di Korintus bermegah?
2. Bagaimana kamu menggunakan talenta yang diberikan Tuhan?

 

 

Pokok Doa: Bersyukur dan bersikap rendah hati.