Keluaran 23:6-9

Jangan kamu memeras pendatang. Kamu sendiri tahu perasaan pendatang, sebab dahulu kamu pun pendatang di tanah Mesir.

(Keluaran 23:9)

Masyarakat Jakarta pernah mengenal ungkapan: semua lagu gue suka, kecuali lagu lu, sepa! Ungkapan itu menyatakan ketidaksenangan terhadap tingkah laku orang yang tidak menghargai orang lain. Sikap seperti itu biasanya ditunjukkan kepada warga pendatang oleh warga setempat yang sering disebut dengan istilah akamsi, anak kampung sini.

Pendatang itu bisa disukai, bisa juga dibenci. Disukai bila kedatangannya memberi dampak positif. Sebaliknya, dibenci bila kedatangannya memberi dampak negatif. Kanaan yang menjadi tempat tinggal orang Israel pada masa itu adalah tanah yang subur, berlimpah susu dan madunya. Hal ini menarik banyak orang dari tempat lain untuk datang ke Kanaan dan tinggal di sana. Para pendatang ini kadang menjadi lebih berhasil dalam usaha yang mereka lakukan. Hal seperti ini tak jarang menimbulkan rasa iri dalam hati orang Israel. Mereka kemudian memeras para pendatang. Hal inilah yang diingatkan kepada mereka agar tak dilakukan sebab orang Israel pun pernah menjadi pendatang di tanah Mesir. Mereka tahu betapa tidak enak rasanya menjadi pendatang dan diperas. Jadi, jika mereka mengetahui betapa beratnya menjadi pendatang, maka mereka pun harus menghargai para pendatang.

Teens, bila kamu adalah pendatang di suatu tempat, berbaurlah dengan warga asli setempat. Namun, bila kamu adalah warga asli di suatu tempat, hargailah para pendatang. Tak perlu merasa diri sebagai penguasa dan memakai prinsip akamsi. Sejatinya, kita semua adalah pendatang, bahkan di dunia ini. Sebagai pendatang maka kita dipanggil untuk bersedia hidup bersama dengan semua orang, saling peduli, dan bukan saling memeras. Bila orang-orang bersedia untuk hidup bersama dan saling melindungi, maka tempat di mana kita hidup bersama akan menjadi tempat yang menyenangkan.