Bacaan: Mazmur 37:1-11, 39-40

Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan geram, itu hanya membawa kepada kejahatan.

(Mazmur 37:8)

Kehidupan memang seringkali berjalan tidak sesuai dengan harapan kita. Kelakuan orang-orang bisa sangat menjengkelkan kita. Bila sudah begitu, bukankah adalah wajar bila kita marah? Bukankah justru penting jika kita marah saat terjadi kesalahan atau pelanggaran? Akan tetapi, seringkali kita marah, tanpa kita tahu mengapa, untuk apa, dan kepada siapa. Seolah kitalah yang dikendalikan oleh amarah kita.

Hari ini firman Tuhan mengingatkan kita untuk mengambil kendali atas kemarahan kita itu. Kemarahan adalah awal dari kejahatan, kata pemazmur. Padahal, pada akhirnya, kejahatan akan dilenyapkan dan orang-orang benar akan dimenangkan dan diselamatkan. Jadi, buat apa kemarahan itu? Lebih baik tenangkan hati dan berdoa. Bagaimanakah cara mengendalikan amarah?

Sahabat Senior, ada sebuah nasihat bijak yang seringkali teringat oleh saya ketika sedang marah. Bunyinya begini: “Jangan marah ketika kamu sedang marah, marahlah ketika kamu sudah tidak marah lagi.” Kemarahan itu jangan dipendam, tetapi harus disalurkan dengan benar. Melepaskan kemarahan secara meluap-luap hanya akan berdampak buruk, baik bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain. Karena itu, ketika kita marah, berusahalah mengendalikan diri kita. Nanti, setelah kita tenang, barulah kemarahan itu kita ungkapkan. Dengan begitu, kita menyalurkan rasa marah kita tanpa amarah. Bahkan kita dapat marah dengan tetap mengasihi.

DOA:

Ya Tuhan, berilah kami kekuatan dan kebijaksanaan untuk mengendalikan rasa marah kami, sehingga kami bisa membawa kebaikan dan kebahagiaan dengan cara damai. Amin.