Lukas 10:25-28

Jawab orang itu, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”

(Lukas 10:27)

Kasih adalah kata yang mudah untuk diucapkan tetapi sulit untuk dilakukan. Kasih bukanlah sekadar ucapan belaka, atau perasaan iba ketika melihat kesusahan dan penderitaan orang lain, tetapi lebih daripada itu kasih adalah dorongan berupa aksi dan tindakan nyata. Karena itu, kita perlu terus belajar untuk mengasihi dengan benar.

Ketika kita membahas tentang hukum kasih yang diajarkan Tuhan Yesus, kita diarahkan pada dua jenis kasih. Kasih terhadap Tuhan Allah dalam hukum yang pertama dan kasih terhadap sesama dalam hukum yang kedua. Sehingga, kasih dan kepedulian terhadap diri sendiri sering kali dianggap bertentangan dengan kedua hukum ini. Padahal, ketika kita berbicara tentang hukum kasih, sebetulnya Tuhan Yesus juga menjelaskan tentang kasih terhadap diri sendiri. Kasih ini menjadi dasar bagi kita untuk menyatakan kasih kepada Allah dan sesama karena kita akan dapat mengasihi Allah dan sesama dengan benar jika kita tidak mengabaikan diri kita sendiri. Karena itu, dalam menjalankan hukum kasih maka mengasihi Allah, sesama, dan diri sendiri harus berjalan beriringan. Jika kita tidak melakukan salah satu dari ketiganya maka kasih i tu belum kita lakukan secara utuh. Kasih juga hanya dapat terwujud dalam tindakan nyata, bukan kata-kata semata.

Teens, sudahkah kamu mengasihi dengan benar dalam keseharianmu? Mengasihi Allah dan sesama bukan berarti kita tidak peduli dan mengabaikan diri kita sendiri, justru kepedulian kita terhadap diri sendirilah yang menjadi dasar untuk kita mampu mengasihi Allah dan sesama melalui setiap tindakan nyata yang kita beri.