Lukas 21:1-4

“Sebab, mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan

seluruh nafkah yang dimilikinya.”

(Lukas 21:4)

“Sudahkah yang terbaik ‘ku berikan, kepada Yesus Tuhanku? Besar pengurbanan-Nya di Kalvari! Diharap-Nya terbaik dariku.” Kalimat tersebut merupakan penggalan lirik dari NKB 199 yang membawa kita pada sebuah perenungan: apakah kita sudah memberikan yang terbaik untuk Tuhan? Persembahan apa yang sudah kita berikan bagi Tuhan? Diri kita? Waktu kita? Tenaga kita? Harta kita? Apa betul sudah yang terbaik?

Ketika kita berbicara tentang persembahan, sebetulnya hal itu tidak melulu tentang uang. Persembahan di dalam ajaran GKI sendiri dibagi menjadi empat jenis, yaitu persembahan diri, waktu, tenaga, dan harta. Ketika kita berbicara tentang mempersembahkan yang terbaik, maka hal itu meliputi keempat jenis persembahan yang perlu kita beri bagi Tuhan. Kisah tentang seorang janda miskin dalam bacaan hari ini menjelaskan arti yang sesungguhnya dari kata “terbaik”. Yang dimaksud dengan terbaik bukanlah tentang perbandingan diri dengan orang lain. Bukan pula tentang jumlah yang besar atau banyak, tetapi tentang apa yang bisa dan mampu kita beri dengan sepenuhnya kepada Tuhan. Dalam kisah ini kita dapat melihat bagaimana sang janda miskin tidak memberi lebih banyak dari orang lain. Namun, ia memberi seluruh yang ia miliki bagi Allah tanpa membandingkannya dengan yang lain. Itulah arti dari mempersembahkan yang terbaik.

Teens, dalam memberikan seluruh diri kita kepada Tuhan berupa persembahan diri, waktu, tenaga, dan harta, Tuhan tidak pernah meminta kita membandingkan dengan apa yang diberikan oleh orang lain. Tuhan meminta kita memberikan hal-hal yang mampu kita berikan dan usahakan sepenuhnya bagi Tuhan sebagai yang terbaik dari kita. Kiranya kita selalu mengusahakan yang terbaik bagi Tuhan.